DRI IPB

PPLH IPB University, The Norwegian Institute for Water Research (NIVA), dan The Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Meneliti Sampah Plastik di Sungai Citarum

Berita / Warta LPPM

PPLH IPB University, The Norwegian Institute for Water Research (NIVA), dan The Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Meneliti Sampah Plastik di Sungai Citarum

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB University, The Norwegian Institute for Water Research (NIVA) dan The Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) memantau sampah plastik di anak-anak Sungai Citarum. Riset ini adalah bagian dari program ASEAN-Norwegian Cooperation Project on Local Capacity Building for Reducing Plastic Pollution in the ASEAN region (ASEANO).

Program ASEANO ini melibatkan beberapa institusi dalam melaksanakan penelitian sampah plastik. Seperti IPB University, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Limnologi.

“Hasil penelitian oleh berbagai institusi tersebut diharapkan dapat membangun kapasitas untuk mengatasi polusi plastik dari sumber-sumber utama di kawasan ASEAN melalui peningkatan pengetahuan tentang sumber, pelepasan, transportasi, dan polusi plastik,” ujar Kepala PPLH IPB University, Prof Hefni Effendi.

Menurutnya, sampai saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan seberapa besar kontribusi anak sungai dalam pencemaran utama Sungai Citarum. Terutama pencemaran sampah plastik akibat variasi musim.

Ia menambahkan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung jumlah sampah plastik yang diangkut ke Sungai Citarum dari anak-anak sungai dengan mempertimbangkan variasi musim.

berita-pplh-ipb-university-the-norwegian-institute-for-water-research-niva-dan-the-center-for-southeast-asian-studies-cseas-meneliti-sampah-plastik-di-sungai-citarum-news

“Mengingat peran Sungai Citarum yang besar dan dampaknya bagi kehidupan, maka penting dilakukan pemantauan di anak-anak sungai. Terutama mengenai keberadaan sampah plastik dan seberapa besar kontribusinya dalam pencemaran sungai utama melalui variasi musim,” jelas Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University ini.

Menurutnya, banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya sampah di sungai. Salah satunya adalah perubahan musim yang dapat mempengaruhi pengangkutan dan remobilisasi serasah sungai akibat aktivitas hidrodinamika.
Prof Hefni menambahkan bahwa Sungai Citarum merupakan sungai besar yang melewati beberapa kota di Provinsi Jawa Barat. Membentang dari hulu (Situ Cisanti, Bandung) hingga hilir (Bekasi) sepanjang 270 kilometer. Sungai Citarum terbagi dalam 3 zona, yaitu zona hulu, zona tengah zona dan zona hilir.

“Ada lebih dari 100 anak sungai yang bermuara di Sungai Citarum. Sungai Citarum dimanfaatkan untuk pertanian, irigasi, perikanan, pariwisata, industri, sumber air bersih, sumber air minum, sumber pembangkit listrik dan lain-lain. Kawasan sekitar Sungai Citarum dan anak-anak sungainya juga digunakan sebagai pemukiman warga,” imbuhnya.

Sebagai sungai yang memiliki aktivitas domestik dan non domestik, lanjutnya, tidak jarang ditemukan limbah dalam jumlah besar, baik di sungai utama maupun anak-anak sungai Citarum.
“World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa Sungai Citarum merupakan sungai yang paling tercemar di dunia. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa sekitar 40-80 persen sampah laut berukuran besar (ukuran diameter lebih dari 20 mm) adalah plastik,” tuturnya.

Ia menambahkan, studi lain juga menemukan bahwa akumulasi sampah plastik di darat dan air tawar menjadi salah satu jalur utama sampah ke lingkungan. (**/Zul)