DRI IPB

PKSPL IPB University Gelar Monitoring Rehabilitasi di Kampung Yensawai, Kabupaten Raja Ampat

Berita / Warta LPPM

PKSPL IPB University Gelar Monitoring Rehabilitasi di Kampung Yensawai, Kabupaten Raja Ampat

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University melakukan monitoring program rehabilitasi ekosistem pesisir di Kampung Yensawai, Distrik Batanta Utara, Kabupaten Raja Ampat. Monitoring ini dilaksanakan oleh tim dari PKSPL IPB University, yang terdiri dari Robba Fahrisy Darus, Aditya Bramandito, Arisman, dan Agus Soleh. Kegiatan monitoring ini merupakan bagian dari program Desain Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu dalam Mendukung Percepatan Pelaksanaan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) di Provinsi, Papua Barat.

Monitoring berkala ini bertujuan untuk mengetahui tingkat lolos hidup dan pertumbuhan dari karang, lamun, dan mangrove, serta permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Pengetahuan, kesadaran, dan praktek kelompok juga menjadi indikator penting dalam keberhasilan rehabilitasi, sehingga menjadi bagian yang juga harus dipantau.

Robba Fahrisy menjelaskan, berdasarkan hasil monitoring, lamun yang ditanam kelompok tampak hidup. Hal ini ditandai dengan daun baru yang muncul pada jenis Enhalus acoroides, sedangkan jenis Halodule uninervis yang awalnya bergerombol sekarang telah menyebar dan semakin bertambah areanya, meskipun awal penanaman terjadi surut kering yang menyebabkan stres.

berita-pkspl-ipb-university-gelar-monitoring-rehabilitasi-di-kampung-yensawai-kabupaten-raja-ampat-news

Perkembangan ekosistem yang terlihat juga terjadi pada terumbu karang. Terumbu karang yang ditanam telah mengalami pertumbuhan sebanyak 3-5 centimeter (cm) semenjak penanaman di bulan Juni. Pertumbuhan mangrove juga terlihat pesat dengan ditandai bibit sudah banyak yang berdaun 8 sampai 110 daun dan tinggi sudah mencapai 1,5 meter.

Pada saat yang sama, Arisman menjelaskan bahwa perlu peningkatan penguatan kelembagaan kelompok untuk memperkuat peran dan fungsi dalam kelompok. Di sisi lain, aktivitas kelompok dengan masyarakat sudah cukup baik dilihat dari respon masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama, dan pemerintah kampung cukup baik.

“Kelompok juga menjadi penggerak konservasi dengan adanya kegiatan penanaman pada HUT RI 17 Agustus 2021,” terang Arisman. Ia melanjutkan, untuk pemahaman masing-masing kelompok terkait kegiatan yang dilakukan sudah cukup baik dan meningkat. Hal ini terlihat dari kelompok sudah dapat mengenal jenis-jenis lamun, mangrove dan terumbu karang. Selain itu, kelompok juga telah mengetahui teknis penanaman masing-masing ekosistem, begitu pun cara monitoring, cara merawat dan menjaganya.

Terlihat juga semangat masyarakat dalam menanam mangrove dan saat ini sudah menanam sebanyak 8.650 bibit, lamun sebanyak 1.756 rumpun bibit, dan terumbu karang sebanyak 1.920 fragmen. Sedangkan, pada awal penanaman hanya 4.500 bibit mangrove, 1.521 rumpun bibit lamun, dan 1.600 fragmen karang.

Dr Fery Kurniawan selaku penanggung jawab program rehabilitasi, menyampaikan bahwa semua indikator keberhasilan program dapat terukur dan terdokumentasikan. Ia berharap bisa mendapatkan lesson learned walaupun masih monitoring pertama.

“Semangat yang dimiliki kolompok nantinya kita perjuangkan untuk melanjutkan program ini dengan cara mencari peluang kegiatan di instansi pemerintah, swasta, bahkan perusahaan agar menjadi sustainable program,” pungkasnya. (*)