DRI IPB

LPPM IPB selenggarakan FGD Evaluasi Kegiatan Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) Tahun 2017

Berita / Warta LPPM

LPPM IPB selenggarakan FGD Evaluasi Kegiatan Peningkatan Produksi Kedelai Melalui Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) Tahun 2017

Pada tahun 2017, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB bekerja sama dengan Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, Dirjen Tanaman Pangan, Kementrian Pertanian untuk meningkatkan produksi kedelai melalui penerapan teknologi budidaya jenuh air (BJA) di 7 (tujuh) provinsi di Indonesia yaitu Provinsi Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara. Selasa (31/10) LPPM IPB melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) evaluasi kegiatan peningkatan produksi kedelai melalui teknologi budidaya jenuh air (BJA) yang diselenggarakan di IPB International Convention Center (IICC), Baranangsiang, Bogor. Acara tersebut dibuka oleh Kepala LPPM IPB (Dr. Ir. Prastowo, M.Eng) dan dihadiri oleh Ketua Pelaksana BJA Tahun 2017 (Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc. Agr.,), Kepala Bidang Informasi dan Jaringan Laboratorium Kementerian Pertanian (Dr. Devy Setiabakti,M.MA), Perwakilan dari Direktorat Aneka Kacang dan Umbi Kementrian Pertanian, Tim Pelaksana dan Pendamping Lapang Kegiatan BJA.

 Focus-Group-Discussion-evaluasi-kegiatan-peningkatan-produksi-kedelai-melalui-teknologi-budidaya-jenuh-air-(BJA)

Dalam acara tersebut dilakukan pemaparan dari hasil pelaksanaan kegiatan BJA di masing-masing Provinsi yang mencangkup capaian target, realisasi dan kendala yang dihadapi. Pemaparan disampaikan oleh masing-masing PIC di tiap Provinsi yaitu Provinsi Jambi (Dr. Deden Derajat Matra, SP, MSc.Agr.), Provinsi Riau (Candra Budiman, SP. M.Si), Provinsi Kalimantan Utara (Ahmad Zamzami, SP. M.Si), Provinsi Kalimantan Selatan (Hafith Furqoni, SP. M.Si), Provinsi Kalimantan Tengah (Anggi Nindita, SP. M.Si), Provinsi Sumatera Selatan (Shandra Amarilis, SP. M.Si), dan Provinsi Lampung (Arya Widura Ritonga, SP. M.Si).

Dari hasil evaluasi tersebut, Prof. Memen menyampaikan bahwa target seluas 10.000 ha pada kegiatan produksi kedelai melalui teknologi BJA dapat terealisasi seluas 6.100 ha tahun ini. Produktivitas kedelai melalui BJA bisa mencapai diatas 2 ton/ha di beberapa daerah apabila SOP BJA bisa dilaksanakan. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain disebabkan oleh faktor alam (curah hujan tinggi sehingga lahan tergenang dan waktu tanam mundur dan realisasi tanam berkurang dari target), penyediaan benih dan sarana produksi yang masih terkendala, Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) masih banyak yang belum sesuai dengan persyaratan BJA, dan pemasaran hasil kedelai yang masih belum ada kepastian.

Berdasarkan hasil diskusi dalam kegiatan evaluasi tersebut, solusi yang dapat dilakukan yaitu perlunya data curah hujan yang eksisting dalam 6 bulan kedepan di 7 Provinsi lokasi kegiatan BJA, memperhatikan kembali rekomendasi dari pihak IPB yang telah menyampaikan hasil kajian terkait lahan priorotas, adanya hilirisasi seperti dibangun industri olahan yang menyerap hasil kedelai di wilayah tersebut, serta diperlukan koordinasi yang intensif antara seluruh pihak yang terkait dalam kegiatan kerjasama tersebut.

Dr. Prastowo dalam sambutannya menyampaikan evaluasi mengenai proses kegiatan BJA diharapkan memberikan manfaat bagi para petani maupun manfaat dalam konteks nasional untuk peningkatan produksi kedelai. “Terkait dengan umpan balik program ini kepada semua kalangan, kami sedang menyiapkan program yang saling berintegrasi antara penelitian dengan pengabdian pada masyarakat untuk mengembangkan sentra-sentra produksi pertanian. Program tersebut yaitu Colabotatife Inovation Center atau Simpul Inovasi Kolaaborasi. Hanya saja center disini tidak sama dengan center fisik layaknya technopark yang sedang banyak digalakan karena akan lama prosesnya. Oleh karena itu, yang dijadikan sebagai center adalah aktivitas agribisnis yang sudah eksis” Jelas Dr. Prastowo.

Download : PDF