DRI IPB

Dosen Mengabdi IPB University Budidaya Ikan di Lahan Terbatas: Solusi Ketahanan Pangan di Masa Pandemi

Berita / Warta LPPM

Dosen Mengabdi IPB University Budidaya Ikan di Lahan Terbatas: Solusi Ketahanan Pangan di Masa Pandemi

Dosen Program Studi (Prodi) Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya (TPMPB) dengan Prodi Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian (PPP), Sekolah Vokasi, IPB University telah sukses menyelenggarakan program Dosen Mengabdi IPB University lintas Prodi. Kegiatan pelatihan bertema “Budidaya Ikan di Lahan Terbatas” dilaksanakan selama 4 hari pada tanggal 26 – 27 September 2020 dan tanggal 3 – 4 Oktober 2020.

Amalia Putri Firdausi S.Pi M.Si, mewakili ketua kegiatan menyampaikan kegiatan ini dilaksanakan guna mendukung masyarakat yang berminat budidaya ikan namun mempunyai lahan terbatas dalam memulai usahanya. Pemanfaatan lahan terbatas, dapat kita gunakan untuk budidaya ikan dan tanaman sekaligus yang dikenal dengan sistem akuaponik. Sistem akuaponik dapat menjadi solusi berwirausaha yang dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan di kondisi pandemik covid-19. Acara ini juga diharapkan menjadi media diskusi antara masyarakat dengan dosen pengajar, sehingga terjalin komunikasi dan diseminasi teknologi.

Latar belakang peserta mayoritas berasal dari kelompok pembudidaya yang tidak mempunyai  background akuakultur, sehingga penting sekali diberikan pengetahuan mengenai dasar akuakultur. Menurut Dr. Wiyoto, akuakultur merupakan budidaya organisme akuatik yang berorientasi pada keuntungan di dalam wadah dan media (air) yang terkontrol. Teknologi budidaya intensif saat ini menjadi pilihan para pembudidaya, dimana ikan dipelihara dengan kepadatan tinggi yang didukung oleh lingkungan yang terjaga.

[masterslider id=”466″]

“Setiap tahapan budidaya ikan yang dilakukan sangat menentukan keberhasilan suatu usaha akuakultur. Tahapan budidaya terdiri dari persiapan wadah, penebaran benih, pengelolaan kualitas air, monitoring pertumbuhan dan pemanenan. Pentingnya tahap persiapan wadah dilakukan untuk memberikan kondisi yang optimal bagi ikan, sehingga akan meningkatkan kualitas dan kuantitas ikan. Benih unggul juga menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh pembudidaya agar kualitas produk terjamin”, ujar Amalia Putri Firdausi, S.Pi M.Si.

Peserta pelatihan diharapkan juga mengetahui faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit. Wida Lesmanawati, S.Pi M.Si menyampaikan bahwa, faktor pemicu timbulnya penyakit diantaranya patogen atau agen penyebab penyakit, ikan dan lingkungan. Ikan yang membawa patogen juga bisa menulari ikan-ikan lainnya menjadi sakit. Faktor lingkungan menjadi faktor kuadratik dimana dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan lebih besar daripada faktor dari patogen dan ikan itu sendiri. Berbagai tindakan perlu dilakukan untuk mencegah hal tersebut terjadi diantaranya adalah memanajemen kualitas air dan kesehatan ikan dengan baik.

Menanggapi paparan Wida Lesmanawati, S.Pi M.Si, dalam kesempatan ini, Andri Hendriana, S.Pi M.Si menyampaikan bahwa beberapa parameter yang umumnya diperlukan untuk pengukuran kualitas air diataranya suhu, pH dan DO karena parameter tersebut sifatnya cenderung berubah-berubah setiap harinya. Parameter lainnya yang menjadi pertimbangan untuk diukur diantaranya nitrit dan amoniak, dimana bila nilainya tinggi maka akan berbahaya bagi ikan. Pengukuran kualitas air ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi air budidaya dan memudahkan kita melakukan tindakan pencegahan-pencegahan penyakit dan kematian ikan.

Dian Eka Ramdahani, SPi MSi turut menyoroti dalam kegiatan budidaya, penyakit masih menjadi isu utama. Salah satu cara meningkatkan daya tahan ikan terhadap penyakit yaitu melalui aplikasi imunostimulan. Imunostimulan merupakan bahan yang dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh inang. Diantara banyak jenis bahan imunostimulan yang disampaikan dalam pelatihan ini yaitu vitamin, herbal dan probiotik. Ketiga jenis imunostimulan ini banyak diaplikasikan dalam kegiatan budidaya.

Pelatihan hari ketiga, peserta melakukan praktek live streaming mengenai teknik pemberian obat (termasuk imunostimulan) ke ikan yang di pandu oleh M. Arif Mulya, SPi MSi. Pemberian obat ke ikan dapat dilakukan tiga metode yaitu melalui oral (dicampurkan ke pakan), perendaman dan injeksi. Aplikasi pemberian obat melalui pakan merupakan metode yang paling banyak digunakan oleh pembudidaya. Langkah-langkah pencampuran obat ke pakan disampaikan melalui pemutaran video. Peserta pelatihan mempraktekkan cara mencampur vitamin ke pakan pellet yang direkatkan dengan perekat berupa telur ayam. Binder diperlukan agar vitamin tidak mudah larut ke air ketika pellet yang telah dicampur vitamin tersebut diberikan ke ikan.

Selain sistem akuakultur, dalam kesempatan ini peserta diberikan materi sistem hidroponik. Ratih Kemala Dewi, S.P M.Si menyampaikan bahwa, akuaponik merupakan modifikasi sistem hidroponik. Bedanya dengan hidroponik, akuaponik menggunakan nutrisi dari air kolam ikan yang terbentuk dari sisa kotoran ikan dan pakan ikan. Beberapa sistem hidroponik diantaranya drip sistem, ebb dan flow sistem, NFT sistem, DFT sistem, Wick sistem dan aeroponik. Sistem DFT cocok digunakan jika sumber daya air melimpah, sedangkan sistem NFT cocok dipakai jika sumber daya air terbatas. Persiapan tanam yang dibutuhkan terdiri dari bahannya berupa benih tanaman, pupuk dan media tanam, sedangkan alat yang dibutuhkan yaitu netpot (wadah tanaman), rockwool, sumbu dan instalasi hidroponik.

Saat ini peserta sudah memulai sistem budidaya di bak terpal dan sedang mencoba sistem akuaponik vertikal. Dari kegiatan pelatihan budidaya ikan di lahan terbatas ini, diharapkan sistem dan teknologi akuakultur yang digunakan semakin berkembang, peserta semakin memahami pentingnya monitoring kesehatan dan kualitas air, menghasilkan ikan dan tanaman dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta terjalin komunikasi berkelanjutan.