Waspada Ancaman Flu Negeri Singa
Waspada Ancaman Flu Negeri Singa
Mereka yang gemar shopping ke Singapura sebaiknya mengerem hobi berburu barang ke “negeri singa” itu. Selain untuk menghemat devisa negara, juga menyelamatkan jiwa Anda dari ancaman flu Singapura yang tengah mengganas. Beberapa waktu lalu, delapan anak di bawah usia lima tahun (balita) di Depok, Jawa Barat, harus menjalani perawatan di rumah sakit akibat tertular penyakit itu.
Diduga, virus flu tersebut dibawa orangtua seorang bocah yang baru pulang dari Singapura. Virus yang ditularkan kepada anaknya kemudian juga menulari anak-anak tetangga teman mainnya. Untunglah, kini kondisi anak-anak itu mulai membaik.
Menurut Profesor Herdiman T. Pohan, Kepala Divisi Infeksi dan Tropik Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, flu Singapura memang tidak membawa akibat fatal. Penyakit yang disebabkan introvirus voxsakie ini biasanya sembuh sendiri dalam sepekan. Namun virus ini bisa juga membawa dampak mematikan pada orang dengan kondisi tertentu. Yakni mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah, terutama anak-anak balita.
Selain itu, virus ini juga bisa membawa dampak mematikan pada mereka yang lanjut usia, menderita komplikasi saraf seperti encephalitis dan meningitis, penderita asma, penderita kelainan jantung bawaan, diabetes, dan yang sedang menjalani pengobatan kanker. Prof. Herdiman mengatakan, pada kelompok ini, flu itu bisa menjadi pemicu munculnya infeksi sekunder yang dapat membahayakan, bahkan mematikan.
”Bila virus influenza itu masuk ke tenggorokan, kuman yang berkumpul di tenggorokan akan jadi galak. Bakteri yang semula tidak patogen bisa menjadi patogen,” kata Prof. Herdiman. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak balita. Gejalanya mencakup demam, flu, serta pilek yang disertai timbulnya bercak merah atau ruam di telapak tangan dan terkadang kaki.
Virus ini bisa cepat menular dengan masa inkubasi seminggu, lewat percikan ludah, pernapasan, atau lantaran menyentuh benda yang sebelumnya disentuh penderita. Di Singapura, pada 2000-2001, serangan virus flu ini menewaskan tujuh anak. Sedangkan pada 2008, dari 4.423 kasus, satu penderita berusia tiga tahun meninggal. Pada tahun ini, dari 653 kasus yang terjadi di sana, memang belum dilaporkan adanya korban jiwa.
Namun, karena potensi bahayanya, penyebaran virus ini di Indonesia tetap harus dicegah. Apalagi, virus ini tercatat beberapa kali menyerang anak-anak di Indonesia. Pada 2004, tercatat flu Singapura menyerang seorang anak di Jakarta Selatan. Setelah itu, penyakit ini menghilang dan muncul lagi pada 2007, lalu menghilang lagi, sampai kemudian muncul kasus tersebut di Bekasi, Jawa Barat, medio Februari lalu. Dua anak di wilayah Bintara, Bekasi Barat, terserang gejala serupa dengan yang menyerang anak-anak di Perumahan Bella Cassa, Depok.
Karena itu, untuk mencegah penyebarannya, kewaspadaan dan peran serta masyarakat perlu ditingkatkan. Jika seseorang terkena beberapa gejala seperti itu, warga diminta segera melapor ke dinas kesehatan atau membawanya ke rumah sakit agar segera mendapatkan perawatan medis. Penderita sebaiknya juga tidak meninggalkan rumah agar tak menulari lingkungan sekitar.
Selain itu, agar tidak tertular, masyarakat diimbau menjaga kesehatan tubuh. Mengonsumsi makanan bergizi dengan kalori dan protein seimbang sangat dianjurkan agar tubuh tetap bugar. Mengonsumsi vitamin dan beristirahat cukup juga sangat penting bagi mereka yang memiliki aktivitas tinggi akibat tuntutan pekerjaan. Yang tak kalah penting, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Penyakit itu memang sering terjadi pada masyarakat dengan lingkungan sanitasi kurang baik.
Perlunya penyakit itu diwaspadai, karena hingga saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk menangkalnya. Vaksinasi influenza dinilai kurang efektif, karena virus influenza mudah bermutasi sehingga vaksin baru efektif bila menggunakan bahan virus ketika terjadi epidemi. Di Singapura pun, pengobatan yang diberikan kepada penderita hanya untuk mengatasi gejala-gejala yang muncul, seperti demam, kejang, batuk, dan pilek.
Pemerintah kini bersiaga untuk mencegah masuknya virus penyakit itu dari luar negeri. Bandar Udara Soekarno-Hatta telah mengaktifkan dua alat detektor khusus virus di terminal kedatangan internasionalnya. Alat ini terpasang sejak 2002, ketika merebak penyakit SARS (severe acute respiratory syndrome).
M. Agung Riyadi
Sumber : http://www.gatra.com/artikel.php?id=125445