Tim LPPM IPB Lakukan Aksi Cepat Tanggap dalam Pengendalian Serangan Hama Wereng Coklat
Tim LPPM IPB Lakukan Aksi Cepat Tanggap dalam Pengendalian Serangan Hama Wereng Coklat
Bogor, Villagerspost.com – Dalam empat minggu terakhir populasi dan serangan wereng cokelat terus meningkat. Berbagai sentra produksi padi di Jawa dilaporkan terserang hama mematikan ini. Wilayah Pasuruan, Nganjuk, Mojokerto, Ngawi, Madiun, Bojonegoro, Blora, Pati, Kudus, Semarang, Sragen, Klaten, Kebumen, Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap, Cirebon, Indramayu, Subang, dan Karawang secara merata mengalami serangan wereng. Diperkirakan serangan ini akan terus meluas. Mengganasnya serangan wereng tentu saja membahayakan produksi padi nasional.
Menurut dosen dan peneliti hama di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Hermanu Triwidodo, wereng cokelat memiliki tingkat serangan yang membahayakan. Pengalaman outbreak wereng bisa menyebabkan kegagalan panen hingga 100 persen. Besarnya ancaman kegagalan panen bisa berimbas pada berkurangnya stok beras nasional.
Tahun 2010-2011, ketika outbreak wereng cokelat terjadi stok pangan terpengaruh. Akibatnya Indonesia impor beras hingga 2.7 juta ton. “Ini ancaman serius. Pemerintah, petani dan semua pihak harusnya lebih waspada. Kita harusnya belajar banyak pada kejadian-kejadian di masa lalu sehingga bisa melakukan langkah langkah strategis. Dengan demikian potensi kerugian dapat dikurangi” ungkap Dr. Hermanu, pada acara Focus Group Discussion dan launching Aksi Cepat Tanggap Darurat Wereng Coklat di kampus IPB Dramaga, Bogor, Selasa (13/6).
Seperti diketahui, wereng coklat merupakan hama penting tanaman padi di Indonesia yang sudah ada sejak tahun 70-an. Menurut catatan Klinik Tanaman IPB, keberadaan wereng terus ada sejak revolusi hijau hingga kini. Ledakan wereng cokelat terbesar tercatat tahun 1974-1975, 1986, 1998, dan 2010-2011 dan tahun 2017 bisa jadi kembali terjadi ledakan besar.
Ledakan wereng cokelat terjadi tahun ini tidak hanya akan menganggu produksi padi nasional, namun juga stok pangan pokok nasional. Seperti tahun tahun sebelumnya, ketika gagal panen terjadi, stok menipis, maka impor beras dilakukan dalam jumlah besar.
“Masuknya impor beras biasanya turut memukul harga gabah dan beras petani. Dengan demikian petani menanggung dampak yang sangat besar dari ledakan wereng karena tidak hanya menurunkan produksi dan pendapatannya namun juga tekanan beras impor,” terang Dr. Hermanu.
Mempertimbangkan hal tersebut, Institut Pertanian Bogor, melalui Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian bekerjasama dengan LPPM IPB menggagas kegiatan Aksi Cepat Tanggap Pengendalian Wereng Coklat. “Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kontribusi IPB dalam memberikan reaksi cepat (quick response) terhadap masalah wereng coklat yang sedang mengganas di berbagai tempat dan memberikan masukan kepada berbagai pihak tentang pengelolaan wereng coklat,” kata Kepala Departemen Proteksi Tanaman Faperta IPB Dr. Suryo Wiyono .
Selain itu kegiatan ini juga sebagai sarana menyebarluaskan pengetahuan dan teknologi pengendalian wereng coklat terutama kepada petani. “IPB mempunyai sumber daya berupa teknologi, kepakaran, mahasiswa dan jaringan untuk bekontribusi dalam memecahkan ledakan hama tersebut. Oleh karenanya kegiatan ini menjadi sangat penting dilakukan ditengah pengabaian oleh para pihak,” sambung Kepala LPPM IPB Dr. Prastowo.
Kegiatan aksi cepat tanggap pengendalian wereng coklat ini dilakukan dalam bentuk aksi lapangan oleh dosen dan mahasiswa bekerjasama dengan petani mulai tanggal 9-11 Juni 2017 diseluruh wilayah indonesia. Tidak kurang dari 350 mahasiswa S1, S2, S3 dan dosen akan terjun kelapangan melakukan riset aksi pengendalian wereng cokelat.
Selain itu, juga akan digelar klinik tanaman sehat bebas wereng cokelat. Klinik ini akan ditempatkan 5 titik serangan wereng coklat yaitu Jawa Barat (Subang), Jawa Tengah (Kebumen), Jawa Timur (Bojonegoro), Banten (Pandeglang), dan Lampung (Lampung Timur). Klinik tanaman ini direncanakan dilakukan mulai Juni sampai Agustus 2017.
“Dengan adanya aksi nyata ini merupakan model bagi pengelolaan wereng coklat, untuk menyelamatkan produksi dan penghidupan petani. Dengan demikian swasembada dan kedaulatan petani atas pangan dapat diwujudkan” pungkas Dr. Suryo.
Sumber berita :
Artike berita terkait :