Rumput pakan ternak bisa cegah kanker
Rumput pakan ternak bisa cegah kanker
Rumput pakan ternak bisa cegah kanker
Rumput mutiara (Hedyotis Corymbosa (L) Lamk), yang biasa tumbuh di tepi jalan, kebun, lapangan sampai selokan ternyata bisa digunakan untuk mencegah kanker. Padahal, rumput berdaun kerucut, memiliki daun sebesar ujung kuku, selama ini hanya digunakan sebagai makanan ternak.
Sementara di China, rumput jenis ini secara tradisional digunakan sebagai obat pencegah kanker. Rumput ini biasa direbus dan diseduh lalu diminum, serupa dengan pembuatan teh, untuk obat kanker. Adapun untuk obat je rawat dan infl amasi, rumput ditumbuk dan dioleskan pada titik sakit.
“Lihat lewat Internet penerapan di Cina, lalu coba diteliti lebih lanjut,” ujar Rifki Febriansah, pemenang pertama Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menguraikan asal muasal penemuannya, Kamis (27/8) di UGM.
Beserta Aditya Asyhar dan Dyani Primasari, Rifki berhasil menyingkirkan 223 peserta lain dari seluruh Indonesia. Karya tim yang berasal dari fakultas farmasi ini sendiri berjudul, potensi kemopreventif ekstrak etanolik rumput mutiara (hedyotis corymbosa (L) Lamk) pada sel hepar tikus galur sprague dawley terinduksi 7,12-dimetilbenz (a) Antrasena.
Penelitian yang menghasilkan produk ekstrak berbentuk gel dan kapsul ini di tes pada tikus pada mulanya. Singkat cerita, tim me ngumpulkan rumput mutiara, dikeringkan dengan sinar matahari, lalu ditumbuk halus. Ekstrak kemudian dilarutkan dengan carboksi metil celulosa – natrium (cmc-na) dan diinjeksi pada tikus yang sudah diberi sel kanker delapan bulan sebelumnya.
Selang sepuluh minggu setelah diinjeksi, tikus dibedah dan diteliti heparnya. “Terbukti terjadi pelambatan sel kanker sebesar 37 persen dibanding yang tidak menerima perlakukan terapi rumput mutiara,” ujar Rifki yang tergabung dalam cancer chemoprevention research center (CCRC) UGM. Rifki mengaku, produk ekstrak rumput mutiara berupa gel dan kapsul belum dijual umum.
Pasalnya produk ini belum melewati uji toxisitas. Sebagai gambaran, rumput basah hanya menghasilkan 10 persen rumput kering, dari sejumlah itu hanya menjadi 10 persen bila diolah menjadi ekstrak. Adapun dari 100 gram esktrak, bernilai sekitar Rp50.000, bisa menghasilkan 200 kapsul.
Oleh Miftahul Ulum
Sumber : Harian Jogja / mumasirstek