DRI IPB

[PRESS RELEASE] Seminar Nasional Hasil PPM IPB Tahun 2019

Berita / Kegiatan / Pengumuman / Warta LPPM

[PRESS RELEASE] Seminar Nasional Hasil PPM IPB Tahun 2019

PRESS RELEASE

Seminar Nasional Hasil PPM IPB Tahun 2019

“Percepatan Hilirisasi Hasil Penelitian di Era Industri 4.0”

IPB International Convention Center, Baranangsiang – Bogor
Kamis, 5 Desember 2019

 Feed IG semnas 2019

Pertanian modern Indonesia digambarkan sebagai pertanian mekanisasi yang didukung oleh aplikasi digital sehingga proses produksi berlangsung secara efisien, tepat sasaran, tepat guna, dan berdaya saing, serta ramah lingkungan. Pertanian modern juga dicirikan adanya dukungan sistem logistik yang unggul baik dalam penyediaan sarana produksi maupun pasca panen hingga ke industri pengolah atau langsung ke konsumen. Keuntungan yang diterima oleh petani dan para pelaku sesuai dengan jerih payah yang sudah dicurahkan.

Namun demikian, untuk mencapai situasi ideal tersebut membutuhkan usaha keras dari berbagai pihak yang terlibat khususnya adalah petani sebagai subyek pertanian, pelaku usaha sebagai mitra petani, pemerintah sebagai regulator dan dinamisator, dan juga perguruan tinggi sebagai pusat untuk melahirkan inovasi. Kerjasama yang harmonis stakeholder tersebut diperlukan mengingat persoalan yang saat ini dihadapi masih cukup kompleks. Kerjasama dimaksudkan agar masing-masing stakeholder mampu berkontribusi pada pencapaian faktor sukses modernisasi. Faktor sukses untuk mencapai pertanian modern adalah kualitas SDM yang unggul, ketersediaan sarana dan prasarana pertanian, teknologi mekanisasi, instrumentasi dan teknologi digital, serta infrastruktur pendukung yang memadai.

Dari sisi petani, usaha pertanian modern dimaksudkan agar dapat mengangkat derajat lebih tinggi sehingga upaya mencapai kesejahteraan dapat terpenuhi. Para pengusaha pertanian, masih membutuhkan insentif dan juga fasilitas pemerintah agar mempermudah dalam kegiatan investasi, mempertahankan daya saing usaha, dan juga ketersediaan bahan baku secara tepat. Pemerintah juga mengharapkan konsistensi pengusaha untuk menjadikan petani sebagai ‘mitra’ yang saling menguntungkan. Perguruan tinggi mengharapkan dukungan pemerintah yang terus menerus sehingga mampu menghasilkan ‘inovasi baru’ secara berkalanjutan.

Namun demikian, langkah modernisasi pertanian perlu ada percepatan. Penerapan tersebut dimaksudkan agar mampu mengimbangi kecepatan pembangunan pertanian yang dilakukan negara lain sehingga produk pertanian nasional tetap berdaya saing. “Pertanian modern” tidak sekedar mentransformasi kemampuan teknis dalam penggunaan teknik-teknik produksi yang lebih modern seperti penggunaan mekanisasi, pemanfaatan internet untuk mendukung aktivitas bertani dan digitalisasi, tetapi juga menyangkut perubahan mindset atau pola berpikir semua stakeholder. Pembangunan karakter SDM pertanian mendukung “Pertanian Teknologi Tinggi” membutuhkan peningkatan kemampuan awal teknis sehingga dekat dengan basis data atau “data-based decission making”. Petani juga dituntut  memiliki karakter  motivasi  tinggi, kreatif, inovatif dan cepat tanggap bahkan mampu mengembangkan inovasi dan invensi yang sesuai dengan kebutuhan setempat.

Sesuai dengan sifat alamiah petani Indonesia yang masih membutuhkan pendampingan dan dukungan pemangku kepentingan lain seperti pengusaha, maka pembangunan SDM pertanian yang adaptif teknologi tinggi membutuhkan peran pihak terkait serta kalangan akademis secara lintas disiplin, dukungan kelembagaan, dukungan kebijakan dan juga dukungan pelaku bisnis sehingga proses penguatan dan percepatan impementanya dapat terjadi secara berkesinambungan. Fokus pada SDM adalah bagaimana konten dan delivery dari aspek-aspek “Pertanian Teknologi Tinggi” dapat dikuasai.

Upaya Kementerian Pertanian dalam melakukan modernisasi juga sudah memiliki arah yang jelas dengan telah dimulainya mekanisasi sejak pengolahan tanah, penanaman, panen hingga bantuan mesin-mesin pengering padi yang menjangkau hampir semua petani di Indonesia. Kementrian Pertanian juga tetap mempertahankan bantuan benih dan pupuk kepada petani yang membutuhkan sehingga mereka tetap mampu berusaha, disamping bantuan lain seperti pendampingan, bantuan asuransi, dan sebagainya.

Peran pengusaha juga tidak kalah penting. Telah mulai lahir industri star up berbasis pertanian yang secara nyata mampu meningkatkan pendapatan petani, mengefisienskan ranpai tata niaga, dan secara langsung berdampak pada stabilisasi harga pangan. Pengalaman IPB membuktikan bahwa dengan penerapan ‘pertanian presisi’ sebagai contoh pada Kelapa Sawit dengan ‘Preci Palm’ ternyata mampu melakukan penghematan pupuk, tenaga kerja, hingga terjadi peningkatan produktivitas. IPB melalui konsep ‘Agro-maritim 4.0’ berkeinginan kuat untuk mendorong modernisasi pertanian dengan tetap menempatkan petani sebagai sentral pembangunan pertanian, dan mendorong peningkatan produk yang berdaya saing. Temuan best practise yang ada, membutuhkan dukungan pemerintah dan juga pengusaha sehingga spin off dapat terjadi dalam rangka memperluas dampak kepada petani yang lebih besar.

Namun disadari, bahwa upaya mempercepat modernisasi pertanian menyongsong era Industri 4.0 tersebut tidak mudah. Ada tahapan-tahapan yang diperlukan sehingga kondisi petani saat ini dapat secara bertahap naik kelas menjadi petani yang lebih modern. Tidak hanya diperlukan dukungan kebijakan dari stakeholder terhadap penguatan dan pemberdayaan SDM, tetapi juga infrastruktur dan sarana prasarana yang mampu menjadi “prime mover atau driver” dan “mile stone” sehingga petani secara mandiri mampu mengembangkan dirinya menyongsong “Pertanian Modern”.

Sebagai perwujudan kontribusi LPPM IPB dalam rangka pengembangan pertanian modern, maka LPPM IPB telah menyusun konsep pengembangan penelitian agromaritim 4.0. Konsep tersebut diimplementasikan dalam sebuah skema penelitian “Penelitian Institusi – Agromaritim4.0 (PI-AMar4.0), dengan menerapkan teknologi dalam penelitian. Penelitian dengan skema ini sedang dan akan diimplementasikan dibeberapa daerah di Indonesia, antara lain 1) Kabupaten Cirebon sebagai upaya menekan angka stunting, 2) Kabupaten Bojonegoro dan Musi Banyuasin mengenai Sekolah Peternakan Rakyat Unggul dan Modern, 3) Kabupaten Purbalingga mengenai Komunitas Estate Padi Modern dan Unggul, 4) Kep. Seribu untuk mewujudkan marine culture, 5) Pulau Tinjil mengenai biomedis, 6) Kabupaten Kampar mengenai Kelapa Sawit Rakyat, 7) Taman Nasional Gunung Leuser mengenai konservasi biodiversitas, dan 8) Kabupaten Bogor mengenai domba rakyat.

IPB berkewajiban untuk melakukan monitoring dan evaluasi PPM tersebut sekaligus sebagai media desiminasi hasil PPM kepada masyarakat, pemerintah daerah, swasta, serta stakeholder lain dalam bentuk seminar nasional hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Tema seminar adalah “Percepatan Hilirisasi Hasil Penelitian di Era Industri 4.0”. Tahun 2019, sebanyak 373 judul hasil PPM IPB dan 29 judul hasil PPM non IPB akan dipublikasikan dengan 241 judul dalam bentuk presentasi oral, dan 161 judul dalam bentuk poster. Judul-judul PPM tersebut dikelompokkan dalam 6 kelompok bidang ilmu, yaitu 1) Bidang Pangan, 2) Bidang Energi, 3) Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 4) Bidang Biologi dan Kesehatan, 5) Bidang Sosial, Ekonomi dan Humaniora, 6) Bidang Teknologi dan Rekayasa serta kelompok PMDSU-PTM-PDD dan kelompok LPDP-BPDPKS.

Selanjutnya untuk menggali konsepsi strategis dan rencana aksi tentang pemberdayaan petani menuju pertanian modern, pengalaman lapangan terkait kesiapan SDM, sarana dan prasarana, pasar dan pembiayaan dalam implementasi pertanian modern, dan rencana kebijakan pemerintah terkait dengan percepatan implementasi pertanian modern dari sisi alokasi sumberdaya dan pembagian peran pusat dan daerah, serta menajamkan peran perguruan tinggi dalam percepatan implementasi pertanian modern, maka IPB menyelenggarakan kegiatan talkshow dengan menghadirkan perwakilan pemerintah, akademisi, dan praktisi. Pemerintah diwakili oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI (Dr. Suwandi), akademisi oleh Guru Besar Fateta IPB sekaligus Pakar Agromaritim IPB (Prof. Dr Kudang Boro Seminar (Guru Besar Fateta IPB dan Pakar Agromaritim IPB), dan praktisi diwakili oleh Mardani H Maming sebagai pengusaha dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia/HIPMI. Diskusi akan dipandu langsung oleh Guru Besar Fakultas Pertanian IPB, Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, M.Sc. Agr. Tema talkshow adalah “Pembangunan Pertanian Modern di Era Industri 4.0”.

Beberapa topik bahasan yang didiskusikan narasumber dalam talkshow sebagai berikut;

  • Peningkatan kualitas SDM dan faktor kunci penguatannya;
  • Model implementasi pertanian modern yang berdaya saing;
  • Dukungan kebijakan/regulasi/pembagian peran dan tanggungjawab antar stakeholder;
  • Intervensi dan stimulus yang diperlukan agar stakeholder pangan seperti swasta, BUMN, dan pelaku pasar dapat terlibat secara aktif;
  • Peran pengusaha yang diharapkan;
  • Membangun harmoni kemajuan teknologi dengan upaya mengatasi persoalan pertanian; yang klasik seperti persoalan lahan, pembiayaan, dan kemiskinan;
  • Prioritas pembangunan subsistem yang memiliki daya ungkit besar;