Potensi Tanaman Sorgum Untuk Menopang Ketahanan Pangan Nasional

Potensi Tanaman Sorgum Untuk Menopang Ketahanan Pangan Nasional
Potensi Tanaman Sorgum Untuk Menopang Ketahanan Pangan Nasional
Ketahanan pangan nasional masih menghadapi sejumlah permasalahan dan tantangan yang cukup besar. Produksi pangan yang belum memenuhi kebutuhan nasional sehingga harus impor (beras, kedelai jagung, gandum, daging sapi, susu), daya saing produk pertanian yang masih lemah , menyusutnya lahan subur di pulau jawa (100 rb ha/tahun), terbatasnya infrastuktur pertanian (bendungan, irigasi), perubahan iklim dan masih belum
berkembangnya diversifikasi pangan berbasis pangan lokal. Di sisi lain konsusmsi pangan semakin meningkat karena peningkatan jumlah penduduk dan konsumsi per kapita.
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Gusti Muhamad Hatta mengatakan, upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka kemandirian pangan masih menghadapi kendala antara lain pemenuhan kebutuhan pangan seiring dengan pertumbuhan penduduk, lahan subur di Jawa sudah beralih fungsi, dan kendala iklim.
Bertempat di ruang bundar SEAMEO BIOTROP tempat berlangsungnya “Workshop on The Current Status And Challenges In Sorghum Development In Indonesia”, Selasa, 25 September 2012, Menegrsitek memaparkan betapa Iptek memegang peranan yang penting dalam meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk pertanian.
Untuk itu Ristek dan LPNK Ristek (BATAN, LIPI, BPPT, BIG, BSN, BAPETEN, LAPAN) melakukan sejumlah langkah-langkah yaitu: pertama meningkatkan teknik: benih unggul, budidaya tanaman dilahan sub optimal misalnya sorghum, kedua pengembangan teknologi untuk pengelolaan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan, ketiga pengembangan teknologi untuk penguatan industri perdesaan berbasis produk lokal.
Pengembangan pangan yang sesuai dengan potensi dan sumberdaya lokal merupakan program riset yang didukung oleh Kementerian Riset dan Teknologi termasuk diantaranya adalah sorgum. Hal ini didasarkan pada potensi dan keunggulan yang dimiliki sorgum antara lain dapat ditanam pada tahan suboptimal (kering, rawa dan masam yang masih tersedia cukup luas di seluruh indonesia yaitu sekitar 38,7 juta hektar) dengan produktivitas yang cukup tinggi, kandungan protein yang lebih tinggi dari beras, dan mempunyai karakteristik yang lebih dekat dengan gandum sehingga berpotensi menggantikan gandum yang kita impor dalam cukup besar serta dapat menghasilkan gula sehingga berpotensi untuk menekan volume gula impor.
Dalam mendukung terwujudnya pengembangan riset ketahanan pangan, termasuk juga sorgum, Kementerian Riset dan Teknologi menyediakan beberapa program insentif yang dapat diakses oleh peneliti antara lain Insentif Riset SINas, Insentif peningkatan Kapasitas Penelitian Prekayasa (PKPP). Hingga sat ini Riset di bidang pangan mendominasi perolehan insentif dari Kemenristek. Sekitar 35% program insentif Kemenristek dialokasikan untuk bidang ketahanan pangan.
Namun, inovasi yang terkait dengan sorgum masih sangat terbatas. “Oleh karena itu, saya mengajak peneliti sorgum untuk dapat mengajukan proposal yang baik sehingga dapat didanai oleh program insentif dari Kemenristek,” ujar Menegristek.
Pada tahun 2012 ini, Kementerian BUMN tertarik mengembangkan sorgum sevara komersial dan menugaskan BUMN pertanian, perkebunan, kehutanan bersama dengan lembaga litbang dari perguruan tinggi, lembaga litbang kementerian (Balitbang Pertanian), Lembaga Litbang Non Kementerian (BPPT, BATAN) serta PT RPN melakukan pilot project seluas 15.000 Ha secara terintegrasi mulai dari budidaya sorgum, sampai pengolahan hasilnya menjadi aneka bahan pangan, pakan dan energi.
“Saya meminta peneliti sorgum berpatisipasi aktif mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pebenihan, budidaya dan pengolahan sorgum,” kata Menegristek.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan BATAN menyambut baik berbagai pihak untuk melakukan pengembangan potensi sorghum untuk berbagai bahan pangan dan lainya yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat.
Sementara itu Direktur Seameo Biotrop Dr. Bambang Purwantoro mengatakan sejak bekerjasama dengan BATAN instansinya sangat mendukung pengembangan potensi sorghum bahkan telah melakukan pelatihan dua kali.
“Beberapa daerah seperti NTB kita kembangkan potensi sorghum dan beberapa saat lagi kita juga akan saksikan MoU Seameo Biotrop dengan PT Samirana untuk mengembangkan di berbagai daerah,” kata Bambang.
Workshop yang berlangsung dua hari tersebut membahas potensi dan pemanfatan tanaman sorghum dan pengembangannya di berbagai daerah untuk menopang ketahanan pangan. Selain itu hasil-hasil pengembangan budidaya sorghum dipamerkan di dalam workshop tersebut.
Sumber : humasristek