Melacak Hutan Jati di Pulau Jawa
Melacak Hutan Jati di Pulau Jawa
HUJAN disertai angin kencang menyambut rombongan rimbawan senior di Petak 49a, KPH Pemalang, Jawa Tengah. Perjalanan darat selama delapan jam seolah tidak membuat mereka letih setelah melihat hamparan pohon jati muda yang berdiri kokoh di tengah guyuran hujan.
Sepuluh tahun silam, mereka adalah sosok yang mencoba mempertahankan dan memperbaiki hutan produksi di Pulau Jawa.
Kondisi lahan hutan produksi di Pulau Jawa memang mulai tergerus dari tahun ke tahun. Hal tersebut mengharuskan Perum Perhutani yang mendapat mandat mengurus seluruh area hutan produksi di Jawa untuk lebih efektif dan efisien dalam hal pengelolaannya.
“Hutan di Jawa ini areanya mulai tergerus, jadi Perhutani harus dapat mengembangkan area yang dimilikinya secara lebih efektif,” kata Sumahadi, mantan Menteri Kehutanan di akhir Orde Baru, yang ikut dalam rombongan.
Salah satu cara yang sedang diupayakan adalah dengan mengembangkan pemuliaan pohon jati. Program yang dimulai sejak tahun 2000 tersebut diharapkan dapat menghasilkan hutan jati dengan nilai ekonomis tinggi dan waktu panen yang lebih singkat dengan jaminan kualitas.
Salah satu contoh hasil klon terbaik tersebut terletak di Petak 49a yang disinggahi para rimbawan senior. Dengan usia yang baru lima tahun, pohon jati unggulan Perhutani tersebut sudah mencapai diameter 30 cm dengan tinggi mencapai 18 meter. Ir Harnanto, mantan Direktur Utama Perhutani tahun 1993-1998 mengatakan, hal tersebut merupakan pencapaian yang sangat baik, mengingat usaha tersebut sudah dilakukan sejak sepuluh tahun silam.
“Dulu, kayu jati baru bisa bernilai ekonomis bila dijual pada usia 60 tahun. Dengan rekayasa seperti ini, kayu bisa dijual hanya dalam waktu 20 tahun dengan kualitas yang sama,” jelas Harnanto.
Pohon-pohon plus dengan keunggulan khusus dipilih pada hutan tanaman jati yang telah ada berdasarkan kriteria tertentu, terutama pertumbuhan dan bentuk batang. Pada tahun 2000, telah terpilih pohon-pohon indukan sebanyak 600 batang.
Pohon plus tersebut telah diseleksi sejak tahun 1980-an dari tanaman yang telah ada di seluruh Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa (Muna, Kendari, Kangean, Sepanjang, NTT, Buru, Sumbawa, dan Atambua).
Pucuk-pucuk dari pohon plus tersebut dipotong untuk dipakai sebagai rootstock dan digunakan untuk membangun Kebun Benih Klonal (KBK). Dari tahun 1983 sampai tahun 1996, pada lahan dengan luas keseluruhan 1,303 ha telah dibangun beberapa KBK dengan 144 klon di dalamnya.
Untuk menampungnya, kebun pangkas dibangun untuk menghasilkan pucuk-pucuk hasil cutting yang akan digunakan untuk penanaman kebun klonal dengan biaya rendah. Pembangunan kebun pangkas ini telah dimulai sejak tahun 1997, bersama dengan Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, berbarengan dengan peningkatan teknik untuk propagasi melalui cutting yang masih berlanjut.
Materi yang digunakan pada kebun ini telah diambil secara langsung dari pohon-pohon plus yang telah dewasa.
Pucuk-pucuk dari pohon plus tersebut dipotong untuk dijadikan rootstock, dan ketika pucuk-pucuk tersebut telah tumbuh maka akan dipotong kembali bebeapa kali untuk menghasilkan pucuk-pucuk muda.
Di masa yang akan datang kebun ini mungkin akan dibangun dari benih-benih yang dihasilkan dari persilangan terkendali antara famili-famili yang bagus. Beberapa klon dalam kebun pangkas ini telah diuji dari beberapa segi dan telah diamati kemampuan berakarnya.
Perpendek Daur
Klon-klon terseleksi tersebut juga memperlihatkan bahwa kebun pangkas ini merupakan kebun pangkas yang paling produktif berdasarkan tingkat produksi pucuk hasil cutting yang mencapai lebih dari 20-25 pucuk per bulan, dengan kemampuan berakar lebih dari 80%. Pada tahun 2006, Perum Perhutani mulai membangun kebun-kebun pangkas generasi kedua dari famili dan individu terseleksi.
Kayu jati sangat terkenal untuk berbagai penggunaan karena kekuatan dan keawetannya. Namun oleh karena pertumbuhannya sangat lambat, keseimbangan antara penyediaan kayu jati dan kebutuhan industri menjadi kurang. Dua upaya dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah memperpendek daur dan menanam klon unggulan yang tumbuh lebih cepat.
Namun, pertanyaan berikutnya timbul, apakah kayu dengan umur tebang muda, dan rekayasa pemuliaan pohon jati dengan klon unggulan yang tumbuh lebih cepat masih menghasilkan kayu dengan kekuatan dan keawetan yang sama. Serangkaian uji coba telah dilakukan dan masih harus diikuti perkembangan pengamatannya lebih lanjut.
Pengamatan pada umur enam tahun pada tiga klon unggul, di dua lokasi yang berbeda geografisnya, telah menunjukkan bahwa walaupun klon-klon unggulan pertumbuhannya lebih cepat, tetapi masih menunjukkan ciri kualitas: fisik, mekanik, kimia, dan anatomis yang tidak berbeda dengan jati konvensional. Walaupun karena umur masih terlalu muda, kualitasnya sama-sama turun satu klas dibanding kayu jati yang dipanen saat ini.
Hingga kini, pengembangan jati plus masih terkendala minimnya anggaran yang dimiliki. Hal tersebut juga berdampak sulitnya melakukan penanaman massal. Selain itu, para rimbawan dan ilmuan juga harus berpacu dengan waktu mengingat makin sempitnya lahan.
Luas hutan di Jawa hanya 7 persen dari total wilayah Indonesia. Namun, Pulau Jawa dihuni oleh setidaknya 65 persen dari sekitar 230 juta penduduk Indonesia. Tak heran kalau hutan-hutannya menderita tekanan yang sangat dahsyat.
Menurut data resmi, hutan di pulau ini kini hanya mencapai 18 persen dari keseluruhan wilayah, jauh di bawah 30 persen luas minimum yang diperlukan untuk menyangga keseimbangan alam.
Masalahnya, sebagian besar hutan Jawa merupakan hutan produksi yang sebagian ditebang setiap waktu. Dari yang tersisa kurang dari 2,5 juta hektare hutan, tak sampai 500.000 hektare yang merupakan hutan lindung.
Di lapangan, keadaannya lebih parah. Sangat besar persentase lahan yang dalam statistik didefinisikan sebagai hutan sebetulnya sudah tidak lagi berupa hutan. Sebab, sesudah melewati masa panen penebangan, tak sedikit hutan yang rusak karena pembalakan liar (illegal logging). n
Oleh
Novan Dwi Putranto
Sumber : http://www.sinarharapan.co.id
Photo : http://3.bp.blogspot.com/