Mahasiswa IPB Ciptakan Toilet Berbasis Padi

Mahasiswa IPB Ciptakan Toilet Berbasis Padi
Mahasiswa IPB Ciptakan Toilet Berbasis Padi

Ilustrasi : ist.
Para mahasiswa tersebut, yakni Fauziah Nur Annisa. Fauziah, Septian Suhandono, dan Yani Mulyani. “Untuk mengatasi krisis air di daerah pengungsian, kini kami kembangkan jamban kering berbasis alkohol hasil fermentasi limbah agar-agar yang berwawasan lingkungan, yakni biotoilet,” kata Fauziah seperti dilansir dari siaran pers yang diterima okezone, Selasa (11/10/2011).
Biotoilet merupakan alternatif baru karena toilet ini tidak membutuhkan banyak air seperti toilet pada umumnya. Pasalnya, inovasi ini menggunakan bahan baku lokal bernilai limbah, yaitu limbah hasil agar-agar dan sekam padi.
“Biotoilet ini pun sangat cocok dibuat pada keadaan darurat dan tempat krisis air, seperti di berbagai tempat pengungsian karena tidak mencemari lingkungan dan mencegah timbulnya penyakit akibat sanitasi buruk,” ujar mahasiswi Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) tersebut.
Pemilihan sekam padi sebagai bahan baku biotoilet ini adalah terdapatnya kandungan sellulosa sebesar 34-43 persen. Kandungan tersebut yang nantinya dapat menyerap cairan dan bau yang dihasilkan kotoran dari pengguna toilet tersebut. Selain itu, ketiga sekawan ini juga memanfaatkan limbah produksi agar-agar yang tercatat dihasilkan oleh sebuah pabrik besar agar-agar sebesar 56 ton per bulan.
Fauziah menyebutkan, biotoilet ini menggunakan prinsip sanitasi berkelanjutan dan sirkulasi material alami. WC tradisional cubluk yang dipakai masyarakat Indonesia sejak dulu, menjadi inspirasi Fauziah dalam menciptakan biotoilet.
Perbedaan antara cubluk dan biotoilet terletak pada pengolahan limbah ketika jamban tersebut sudah penuh. Pada cubluk, setelah penuh ditutup dan pindah ke tempat lain tanpa pengolahan limbah, sehingga mencemari lingkungan. Sementara biotoilet adalah pengembangan desain toilet sistem kering yang mempergunakan limbah sekam padi yang mengandung selulosa sebagai media penangkap dan pengurai tinja dan urine.
Ciri khas alat ini, yakni tidak menggunakan air untuk menggelontor kotoran dan dapat digabungkan sebagai alat pengolah sampah dapur. Setelah jangka waktu penggunaan tertentu, sekam padi lama dapat diganti dengan sekam padi baru. Sekam padi lama tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media kompos tanaman.
Dengan rancangan alat ramah lingkungan ini, pemakaian air dapat dihemat. Selain itu, penggunaan sekam padi pada alat tersebut dapat mengurai sekira 60 persen feses manusia dalam satu hari. Bahkan, toilet ini tidak menebarkan bau layaknya septic tank biasa dan tidak membutuhkan saluran pembuangan khusus.
Hasil karya ketiga mahasiswa dengan judul Biotoilet Berbasis Sekam Padi dan Alkohol Hasil Fermentasi Limbah Agar-agar (Gracillaria sp.) sebagai Solusi Kelangkaan Air Bersih di Daerah Pengungsian tersebut berhasil menyabet juara pertama dalam lomba inovasi teknologi lingkungan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, April lalu.(rhs)