KTT G-8 Berakhir, Serangkaian Komitmen Disepakati
KTT G-8 Berakhir, Serangkaian Komitmen Disepakati
KTT G-8 Berakhir, Serangkaian Komitmen Disepakati
Setelah 3 (tiga) hari pembahasan di KTT G-8 plus, para pemimpin dari 28 negara yang hadir telah menyepakati serangkaian komitmen bersama yang diharapkan dapat membantu penyelesaian berbagai isu global, khususnya isu perdagangan global, energi, perubahan iklim dan ketahanan pangan yang dampaknya langsung dirasakan masyarakat.
Delegasi Indonesia yang diwakili oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup, dalam konteks Major Economies Forum (MEF), telah turut dalam pembahasan berbagai isu perdagangan yang menyoroti pentingnya upaya menghindari proteksionisme guna mencegah semakin memburuknya krisis ekonomi global. Pertemuan MEF mendukung proses monitoring kebijakan perdagangan yang dilakukan WTO sebagai bagian dari upaya mencegah proliferasi proteksionisme dan meningkatkan transparansi. Para pemimpin juga meminta diteruskannya upaya penyelesaian putaran Doha antara negara-negara kunci WTO menjelang KTT G-20 di Pittsburg, Amerika Serikat, September 2009.
Selain itu negara-negara G-8, G-5 dan MEF menegaskan kembali komitmennya untuk menyelesaikan perundingan Putaran Doha di tahun 2010 untuk mendorong kembali pertumbuhan ekonomi dunia.
Pada kesempatan ini, Menteri Perdagangan juga telah melakukan pertemuan bilateral dengan Director General WTO Pascal Lamy, dan melakukan pembahasan informal dengan berbagai pihak yang hadir di G-8.
Dalam pembahasan isu perubahan lingkungan, para Pemimpin Major Economies Forum on Energy and Climate (MEFEC), termasuk Indonesia, telah menyepakati Deklarasi yang berisi: (i) dilanjutkannya proses identifikasi target penurunan emisi global tahun 2050 dari saat ini hingga Kopenhagen dengan berdasarkan prinsip yang disepakati pada Konvensi UNFCCC dan Bali Action Plan; (ii) rujukan mengenai penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan termasuk dukungan bagi negara berkembang yang melaksanakan program dimaksud; (iii) pembentukan Kemitraan Global bagi transformasi teknologi rendah karbon dan ramah lingkungan dimana beberapa negara maju telah mengajukan diri menjadi lead countries bagi kerjasama konkrit MEFEC diantaranya di bidang efisiensi energi.
Penetapan target global penurunan emisi gas rumah kaca serta kesepakatan di bidang mitigasi merupakan isu sentral yang menyita sebagian besar waktu perundingan dan pada akhirnya dirasakan masih diperlukan suatu konsultasi lanjutan. Indonesia, Brasil dan Afrika Selatan pada kesempatan ini menyatakan bahwa penetapan target penurunan emisi global negara-negara MEFEC dapat memberikan pesan politik yang sangat kuat pada proses UNFCCC. Kesepakatan MEFEC dipandang sangat penting dalam menetapkan target ambisius dalam membantu menyelesaikan ”deal” di Kopenhagen.
Di hari terakhir, 10 Juli 2009, para pemimpin yang hadir telah berhasil menyepakati komitmen untuk memobilisasi dana sebesar paling sedikit US$ 15 milyar selama 3 tahun ke depan untuk mencapai tujuan ketahanan pangan global. Dari target komitmen tersebut, terindikasi bahwa Jepang akan memberikan dana US$ 4 milyar, Amerika Serikat US$ 3 miliar, sedangkan sisanya akan dipenuhi oleh Kanada, Uni Eropa, serta negara lainnya.
Dana tersebut nantinya akan digunakan khususnya untuk pembangunan pertanian berkelanjutan dengan tetap memberikan jaminan kepastian terhadap bantuan pangan khususnya dalam kondisi darurat. Hasil lain yang juga dikemukakan dalam Joint Stetement L’Aquila adalah perlunya penerapan strategi secara komprehensif membantu negara berkembang dalam aspek ketahanan pangan dengan fokus bantuan lebih diarahkan kepada peningkatan bantuan bagi penguatan kapasitas.
Terkait dengan elemen perdagangan produk pertanian, peserta menilai bahwa efisiensi dan keterbukaan pasar mempunyai peranan yang penting dalam memperkuat keamanan pangan. Untuk itu strategi nasional dan kawasan perlu mempromosikan keterlibatan petani khususnya petani kecil dan perempuan dalam pasar global, regional, domestik, dan lokal, menolak proteksionisme dan mencegah serta memonitor tindakan atau pembatasan yang mengganggu keseimbangan harga komoditi pangan dunia perlu dihilangkan.
Lebih jauh lagi, komitmen bersama itu diharapkan dapat diterjemahkan secara konkret menjadi aksi nyata yang komprehensif dalam bentuk koordinasi yang efektif, dukungan atas proses/inisiatif nasional dan peningkatan pendanaan serta investasi di bidang pertanian.
KTT G-8 juga melibatkan pemangku kepentingan lain seperti PBB, World Bank, IMF, OECD, WTO, FAO, IFAD, WFP dan lainnya yang diwakili oleh para pimpinannya. Di luar negara anggota G-8, G-5, MEF dan African Outreach, KTT juga mengundang Spanyol, Belanda dan Turki. KTT G-8 juga sepakat untuk meneruskan proses dialog serupa di pertemuan KTT G-8 berikutnya di Muskoka, Kanada tahun depan.
Sumber: KBRI Roma