DRI IPB

Keluarga Miskin Terperangkap Rokok

rokok
Warta IPTEK

Keluarga Miskin Terperangkap Rokok

Keluarga Miskin Terperangkap Rokok

 rokok

  shutterstock

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Peneliti Lembaga Demografi. Fakultas Ekonomi UI, Abdillah Ahsan mengungkapkan, konsumsi rokok paling banyak justru terdapat pada keluarga miskin. Hal ini berdasarkan perhitungan di tahun 2009 yang menyebutkan 68 persen keluarga miskin memiliki pengeluaran untuk rokok paling banyak.

“Ini sangat menyedihkan karena enam dari sepuluh rumah tangga termiskin di Indonesia mengeluarkan uangnya untuk membeli rokok. Pengeluaran rokok ini akan membebani ekonomi rumah tangga termiskin dan mengorbankan pengeluaran lainnya yang jauh lebih penting,” ujar Abdillah, dalam pemaparan penelitian terkait perkembangan konsumsi rokok dan bea cukai industri rokok di Indonesia, Rabu ( 27/7/2011) di Jakarta.

Ia merujuk pada perhitungan sederhana untuk konsumsi rokok yang terjadi di Indonesia:

1. Konsumsi rokok perhari, diperkirakan satu bungkus rokok menghabiskan uang senilai Rp 10.000

2. Dari harga tersebut, maka konsumsi rokok perbulan sebanyak 30 bungkus menghabiskan uang senilai Rp 300.000

3. Dalam satu tahun, seorang perokok menghabiskan 360 bungkus rokok. Uang yang dihabiskan menjadi Rp 3.600.000

“Jika seseorang mengkonsumsi rokok per 10 tahun sebanyak 3600 bungkus, maka sama dengan menghabiskan Rp 36 juta. Biaya ini lebih besar dari biaya haji, biaya sekolah S1 Universitas Indonesia, membayar uang muka rumah, dan renovasi rumah. Jadi mereka lebih memilih rokok daripada pendidikan atau umroh,” tambah Abdillah.

Lembaga Demografi juga menyebutkan, akibat konsumsi rokok yang tinggi pada keluarga miskin,  mereka kehilangan beberapa kesempatan penting yaitu pembelian rokok 11 kali lebih banyak daripada membeli daging untuk konsumsi keluarga. Bahkan, pengeluaran rokok juga tujuh kali lebih besar daripada pembelian buah-buahan untuk di konsumsi.

Keluarga miskin, ungkap Abdillah, juga menghabiskan enam kali lebih banyak untuk membeli rokok daripada biaya pendidikan. Sisanya, lima kali lebih besar biaya rokok daripada biaya membeli telur, susu dan biaya kesehatan. Biaya rokok juga dua kali lebih besar dari membeli dan mengkonsumsi ikan.

“Mereka lebih memilih rokok dari pada mencarikan susu, daging dan buah untuk keluarga, terutama anak-anak. Termasuk biaya pendidikan yang dikesampingkan,” tukasnya.

Sumber : Kompas.com