DRI IPB

BELUNTAS, Tanaman Lokal Pemacu Imunitas Unggas

Warta IPTEK

BELUNTAS, Tanaman Lokal Pemacu Imunitas Unggas

BELUNTAS, Tanaman Lokal Pemacu Imunitas Unggas

Budidaya ternak unggas di negara tropis seperti Indonesia saat ini masih dihadapkan pada masalah klasik, yakni panasnya suhu lingkungan. Suhu yang relatif lebih panas membawa dampak tersendiri bagi kerja fisiologis dari organ tubuh unggas. Maka tak jarang ditemukan ternak yang enggan makan, sehingga kondisi ini dapat berisiko pada mudahnya ternak terjangkiti penyakit (immunosuppression). Berbagai usaha dilakukan seperti pemberian obat anti-stress bagi ternak yang mengalami cekaman panas (heat stress). Namun dari sisi ekonomis, cara ini menambah ongkos produksi. Lantas, adakah solusi alternatif agar produktivitas ternak tetap bisa dipertahankan dalam kondisi lingkungan yang panas.

Genetika Ayam Ras
Perkembangan teknologi untuk meningkatkan mutu genetik unggas terus mengalami kemajuan. Sifat ayam ras yang dahulu memiliki pertumbuhan yang lambat (slow growth) saat ini sudah menjadi ayam ras ’modern’ dengan tingkat pertumbuhan yang cepat (fast growth), sehingga umur panen lebih cepat dan efisiensi produksi dapat ditingkatkan. Kondisi ini tentunya membawa keuntungan tersendiri bagi pebisnis perunggasan. Namun, unggulnya ayam modern saat ini tidak diikuti dengan kemampuan genetis dalam menopang daya tahan tubuhnya. Tak heran, jika para peternak seringkali dibuat kelabakan ketika ayamnya tidak mampu beradaptasi dengan panasnya lingkungan dan tak jarang menyebabkan angka mortalitas yang tinggi.

Seperti cekaman panas yang merupakan penyebab immunosupresi akibat suhu lingkungan akan mempengaruhi perubahan metabolisme tubuh. Konsekunsinya, ternak akan menurunkan panas tubuhnya salah satunya dengan cara mengurangi konsumsi pakan. Walaupun demikian, cekaman panas perlu diwaspadai peternak mengingat resiko penurunan produksi dan tingkat kesehatan yang dapat berujung pada mortalitas yang tinggi dan efisiensi produksi tidak tercapai secara maksimal.

Beberapa kasus dapat dilihat seperti penurunan produksi dan imunitas ayam yang mengalami cekaman panas, seperti produksi ayam petelur dapat menurun hingga 40 persen. Demikian pula ancaman kematian ayam juga tinggi jika ayam mengalami cekaman panas karena produksi titer antibodi (kekebalan tubuh) dan sel darah putih jauh dibawah batas normal. Mengingat begitu besar resiko kerugian yang harus ditanggung peternak, diperlukan langkah ’jitu’ dalam manajemen budidaya sebagai solusi bagi ancaman tersebut.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh cekaman panas adalah dengan pemberian obat anti-stress tetapi cara ini akan menambah biaya produksi. Selain itu, pemakaian bahan-bahan kimia semakin ditinggalkan karena tuntutan konsumen akan produk pangan asal ternak yang alami (organik). Dengan demikian, perlu dicarikan bahan alternatif yang dapat dijadikan untuk asupan nutrien sekaligus bisa untuk mencegah efek cekaman panas dan mempertahankan imunitas unggas.

Khasiat Beluntas
Penggunaan bahan anti stress untuk mencegah penurunan produksi unggas adalah cara umum dilakukan para peternak. Untuk menekan tambahan biaya produksi, rupanya penggunaan bahan-bahan alami (herbal) akan lebih memberikan keuntungan tambahan. Selain untuk tujuan mengatasi cekaman panas diharapkan pemberian bahan-bahan alami ini juga memberikan efek tambahan dalam meningkatkan sistem imunitas unggas.

Salah satu tanaman lokal yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah beluntas (Pluchea indica less) yang sekaligus berfungsi sebagai bahan aditif pakan karena mengandung beberapa senyawa aktif alkaloid, minyak atsiri dan flavonoid. Khasiat medis tanaman ini dapat juga digunakan sebagai penurun demam (antipiretik), meningkatkan selera makan (stomakik), peluruh keringat (diaforetik) dan penyegar (Dalimartha, 1999). Selain itu, daun beluntas juga bersifat sebagai antimikroba, untuk menghambat pertumbuhan beberapa mikroba patogen seperti Salmonella typhi, Staphylocococcus aureus, Escherichia coli dan Bacillus cereus (Ardiansyah dkk, 2003), dimana keberadaan bakteri ini dalam saluran pencernaan dapat menurunkan produksi telur dan menghambat pertumbuhan ayam pedaging.

Tak hanya itu, beluntas bermanfaat sebagai bahan imbuhan pakan alternatif untuk meningkatkan ketahanan tubuh unggas dari stress panas (Setiaji & Sudarman, 2003). Selain mengandung beberapa bioaktif yang berfungsi sebagai antibakteri, beberapa zat gizi esensial akan menjadikan beluntas sebagai bahan pakan yang kaya nutrisi sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi.

Khasiat beluntas dalam mempertahankan produktivitas ternak unggas telah dilaporkan mampu menggantikan zat anti stress. Ayam yang diberikan ekstrak beluntas secara periodik memiliki perfoma, hemoglobin dan leukosit (sel darah putih) yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol yang diberikan anti stress komersial (Setiaji & Sudarman, 2005), dimana sel-sel ini mendukung sistem kekebalan tubuh.

Penggalian manfaat beluntas ini diharapkan akan memudahkan para peternak rakyat untuk dapat memanfaatkan potensi lokal. Musim kemarau saat ini diharapkan tidak akan menjadi penghalang dalam upaya mempertahankan atau bahkan menaikkan produtivitas unggas.

Tantangan Kedepan
Ditengah persaingan bisnis perunggasan yang begitu kompetitif, upaya peningkatan produktivitas unggas memerlukan solusi yang integratif. Tekanan harga pakan akibat tingkat persaingan bahan pakan dengan kebutuhan pangan dan energi akan berujung pada meningkatnya biaya produksi. Disisi lain, kualitas produk hasil ternak yang aman dan sehat serta budidaya unggas yang bebas dari penggunaan bahan kimia berbahaya mengingatkan kepada kita untuk kembali ke alam (back to nature).

Keuntungan ganda dari penggunaan beluntas yang tidak hanya sebagai pemacu kekebalan tapi juga sebagai antibakteri sudah selayaknya menjadi motivasi bagi para peternak untuk tidak menggantungkan bahan imbuhan pakan dari impor. Selain berbasis dari sumber daya lokal, tanaman beluntas juga mudah ditanam baik di lahan marginal sekalipun sehingga penyediaannya mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh peternak itu sendiri.

Selain beluntas, masih banyak potensi bahan alami lainnya yang berpotensi untuk dijadikan bahan pakan maupun pakan imbuhan (feed additive). Walaupun musim panas dapat menyebabkan imunosupressi (stress panas) pada ternak, namun kelimpahan kekayaan alam Indonesia sudah seharusnya mendorong perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk memberikan informasi tentang teknologi dan implementasinya kepada masyarakat luas. Kita merindukan kontribusi bisnis perunggasan mampu mendongkrak keterpurukan akibat krisis dan masalah klasik ‘cekaman panas’ tidak menjadi hambatan untuk meningkatkan produktivitas unggas.

Penulis: Ahmad Sofyan1 & Asep Sudarman2
1 Peneliti Bidang Pakan & Nutrisi Ternak, BPPT Kimia – LIPI, Yogyakarta
2 Dosen Fakultas Peternakan dan Kepala Pusat Studi Hewan Tropika (CENTRAS) IPB, Bogor
Sumber: Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan ‘INFOVET’, Edisi 181, Agustus 2009.