DRI IPB

Batan SEAMEO – BIOTROP Uji Adaptasi Sorghum

biotrop
Warta IPTEK

Batan SEAMEO – BIOTROP Uji Adaptasi Sorghum

biotropBatan Uji Adaptasi Sorghum
 
BOGOR–MI: Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bersama Pusat Regional Asia Tenggara untuk Biologi Tropika (SEAMEO-BIOTROP) saat ini melakukan penelitian uji adaptasi galur-galur sorghum (sorghum bicolour L) Batan di Bogor, Jawa Barat (Jab
 

Kepala Unit Informasi SEAMEO-BIOTROP Iwan Setiawan di Bogor, Minggu (12/7) menjelaskan, pada akhir Juni 2009, Kepala Batan Hudi Hastowo dan Staf Ahli bidang Teknologi Pangan dan Kesehatan Kementerian Ristek dan Teknologi Dr Listyani Wijayanti berkesempatan melihat langsung hasil uji adaptasi itu. Uji adaptasi itu dilaksanakan di kebun percobaan kawasan Tajur, Kota Bogor.

Pada kesempatan itu juga dipaparkan program dan aktivitas penelitian sorghum yang disampaikan oleh Dr Soeranto Hoeman, peneliti Batan, dan dilanjutkan oleh Dr Supriyanto, peneliti SEAMEO BIOTROP.

Kedua peneliti memaparkan perkembangan penelitian uji adaptasi sorghum, dan dilanjutkan dengan diskusi mengenai pengembangan kerja sama dalam penelitian sorghum dan peninjauan lahan uji adaptasi sorghum.

Ia menjelaskan bahwa Batan telah mampu mengembangkan pemuliaan sorghum dan menghasilkan beberapa galur harapan yang dapat tumbuh pada lahan kering, lahan masam, dan lahan basa (salin). Uji adaptasi telah dilakukan dibeberapa tempat antara lain di Tangerang, Gunung Kidul, Lampung, dan Kalimantan Timur, dengan hasil memuaskan.

Ditambahkannya bahwa pengujian budidaya sorghum dilakukan dengan beberapa program yaitu tumpangsari dengan jati dan jarak pagar, uji asosiasi dengan mikorhiza, dan uji produksi dengan teknologi bio-charcoal.

Teknik budidaya selanjutnya yang akan diteliti adalah seleksi galur tahan naungan dan uji produksi setelah dipangkas dengan teknologi bio-charcoal.

SEAMEO BIOTROP dan Batan juga akan mengundang lembaga penelitian lain baik pada tingkat nasional, regional atau internasional untuk bekerja sama dalam pengembangan sorghum di Indonesia, khususnya untuk Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) yang umumnya memiliki lahan marginal atau lahan kritis, jelas Iwan Setiawan.

Menurut Soeranto Hoeman, sorghum, yang termasuk dalam tanaman serelia asli Afrika, memiliki potensi penting dalam ketahanan pangan. Di dunia, sorghum menempati urutan kelima setelah gandum, padi, jagung, dan barley, sedang di Amerika Serikat (AS) menempati urutan ketiga. (Ant/OL-03)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com