DRI IPB

Ahli IPB University: Tidak Semua Tanaman Obat itu Aman, Butuh Standarisasi

Berita / Warta LPPM

Ahli IPB University: Tidak Semua Tanaman Obat itu Aman, Butuh Standarisasi

Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis memiliki salah satu keunggulan diantaranya adalah kekayaan biodiversitas tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai obat. Namun, tidak semua yang tanaman obat aman untuk dikonsumsi. Dibutuhkan penanganan dan tindakan dalam memanfaatkan senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada tanaman-tanaman tersebut.

Hal tersebut diungkap oleh Dr Mohamad Rafi, peneliti di Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) yang juga dosen IPB University dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

1berita

“Pada tumbuhan, ada komponen kimia yang berperan penting dalam menghasilkan reaksi biologi sebagai suatu komposisi yang aktif. Komposisi tersebut kompleks dengan variasi konsentrasi dan belum diketahui total senyawa yang terkandung di dalamnya,” ungkapnya.
Terdapatnya variasi konsentrasi dan kandungan senyawa yang belum pasti pada setiap tanaman herbal, meskipun merupakan komoditas yang sama, menjadi pendorong dibutuhkannya standarisasi bahan baku.

Menurutnya, ada sederetan problem yang saat ini dihadapi dalam standarisasi obat, mulai dari bahan baku, pemalsuan bahan kimia obat atau tumbuhan lainnya yang mirip, kesalahpahaman bahwa obat herbal pasti aman, serta produk dengan kualitas rendah.
Masalah lainnya dalam standarisasi obat adalah tidak diketahuinya tingkat toksisitas (racun), interaksi dengan obat herbal/kimia lainnya, penggunaan obat herbal untuk hasil indikasi yang berbeda, dosis yang tidak tepat, serta berpeluangnya menggunakan tumbuhan obat yang salah.

“Singkatnya, standarisasi (kendali mutu) tumbuhan obat dan produknya sangat diperlukan. Proses standarisasi itu memiliki sistem dimana kita bisa meyakinkan bahwa setiap produk yang kita jual memiliki jumlah yang tepat, baik dari komposisi, konsentrasi dan lain sebagainya. Jadi memang mulai dari menanam, memanen, mengekstraksi, mengisolasi, mengeringkan, hingga terbentuk ekstrak dan produk jadinya itu semuanya ada Standar Operasional Prosedur (SOP)-nya agar tidak kehilangan konsistensi khasiat yang diharapkan. Tidak berubah sepanjang perjalanan saat diproduksi serta sepanjang perjalanan saat dihasilkan,” ujar Dr Rafi.

Dr Rafi menjelaskan metode kendali mutu tumbuhan obat yaitu dengan menggunakan metode fingerprint analysis, profilling analysis, dan targeted analysis. Yang paling sering digunakan adalah targeted analysis.

Dalam kesimpulannya, Dr Rafi menyampaikan bahwa standarisasi menjadi bagian penting dalam menghasilkan obat herbal yang konsisten khasiat, kualitas, dan keamanannya. Konsep dalam standarisasi obat herbal Indonesia perlu dikembangkan menyesuaikan dengan karakteristik yang ada di Indonesia.  “Perlu bagi stakeholder memikirkan bagaimana menstandarkan agar khasiat dan keamanannya terjamin dengan baik,” tutupnya. (SM/Zul)