DRI IPB

Pupetrin dari IPB Tangkis Global Warming

ipb
Warta IPTEK

Pupetrin dari IPB Tangkis Global Warming

 

ipb Pupetrin dari IPB Tangkis Global Warming

JAKARTA – Kebayang enggak, satu ekor sapi perah bisa memproduksi kotoran hingga 44 kg? Jika dibiarkan, kotoran ini akan menumpuk dan mencemari lingkungan.

Tapi di tangan lima sekawan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), kotoran sapi disulap menjadi pupuk pestisida urine (Pupetrin). Pupuk dan pestisida organik ini merupakan campuran limbah urine sapi dengan tanaman herbal.

Tim dari Fakultas Peternakan dan Fakultas Pertanian IPB ini beranggotakan Sullis Tiana, Nur Hidayah, Saprilian Styan Hapsari, Ardoyo, dan Astri Febrianni. Kelimanya berharap, pupuk buatan mereka dapat menekan laju pemanasan global. Pasalnya, peternakan sering dituduh menjadi kontributor utama pemanasan global. Apalagi  jika melihat data bahwa satu ekor sapi perah memproduksi sekira 44 kg kotoran, yakni 14 kg feses dan 30 liter urine.

Mereka juga prihatin akan makin banyaknya pemakaian pupuk dan pestisida dari bahan sintetik. Penggunaan yang terus-menerus akan meninggalkan residu dan berdampak negatif terhadap lingkungan dan mikroorganisme. 

Ketua tim, Sullis Tiana memaparkan, keunggulan urine adalah kadar natrium (N) dan kalium (K) sangat tinggi. urine juga mudah diserap tanaman dan mengandung hormon pertumbuhan tanaman.
 
Mahasiswa Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan itu menjelaskan, urine yang normal mengandung komposisi kimia yang sangat kompleks yaitu air, urea, kreatinin, allantion, asam hipurik, ammonia, asam amino, sulfat, sulfur, garam organik, pigmen urokrom dan urobulin. urine juga mengandung purine yang disusun atas komponen asam urat, kantin, dan hipoksantin. 

“Kandungan urine tersebut sangat berpotensi menjadi bahan dasar pembuatan pupuk organik yang ramah lingkungan,“ ujar Sullis seperti disitat dari keterangan tertulis IPB kepada okezone, Jumat (9/12/2011)
 
Pupetrin dibuat dengan mengombinasikan urine yang kaya akan zat hara dengan tanaman herbal yang mengandung zat aktif yang bersifat toxic (racun) pada hama tanaman.
 
Pembuatan pupuk dan pestisida urine two in one atau ‘Pupetrin 2 in 1’ ini dilakukan di bawah pengawasan dosen pendamping dari Fakultas Peternakan yakni Ir. Salundik, M.Sc.

Sullis dkk mencampurkan urine sapi perah yang telah distabilkan selama dua minggu dengan brotowali, kunyit, petai, dan jengkol. Larutan tersebut kemudian difermentasikan selama dua minggu, kemudian ditambahkan bawang putih dan cabai rawit.

“Setelah didiamkan selama empat hari, pupetrin siap digunakan sebagai pestisida,” papar Sullis.
 
Tidak lupa, kelimanya menguji keefektifan pupetrin. Uji lapang dilakukan dengan menggunakan bibit kubis (Brassica olerace) dan benih caisin (Brassica juncea L.). Larva Plutella xylostella instar III pun didaulat sebagai serangga penguji.

“Berdasarkan data, setelah melakukan percobaan dengan lima perlakuan dan tiga ulangan, perlakuan dengan konsentrasi 6.25 persen pada tanaman caisin dinyatakan paling efektif dalam meningkatkan tinggi tanaman dan banyaknya daun,” ujar Sullis menerangkan.(rfa)