Antisipasi Krisis Pangan, IPB University Launching 4 Inovasi Berbasis Pangan
Antisipasi Krisis Pangan, IPB University Launching 4 Inovasi Berbasis Pangan
Antisipasi krisis pangan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University melaunching empat inovasi berbasis pangan. Launching hasil penelitian berbasis pangan protein ini sebagai peran IPB University dalam mengatasi krisis pangan. Launching hasil penelitian ini dilaksanakan di Lobby Rektorat Kampus Dramaga, (10/8).
Rektor IPB University, Prof Arif Satria mengucapkan terimakasih kepada para inovator yang selalu fokus dan konsisten menciptakan inovasi. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya memperkenalkan inovasi ke masyarakat agar bisa menginspirasi dan menjawab krisis pangan.
Lebih lanjut rektor memperkenalkan empat inovasi dan inovator IPB University tersebut. Yakni Prof Cece Sumantri yang telah mengembangkan ayam lokal pedaging unggul IPB D1, D2 dan D3. Ayam ini diklaim tahan penyakit, tumbuh cepat dan memiliki daging dengan antioksidan tinggi sebagai pangan fungsional.
Inovasi kedua adalah varietas kedelai lahan pasang surut dengan produktivitas tinggi yang dikembangkan oleh Prof Munif Ghulamahdi. Produktivitasnya bisa mencapai 4,63 ton per hektar. “Telah diuji coba pada 500 hektar lahan dan rata-rata menghasilkan 2,5 ton per hektar. Inovasi ini sudah saya sampaikan ke Presiden sehingga dengan demikian Indonesia sebetulnya tidak perlu impor lagi,” ujarnya.
[masterslider id=”496″]
Inovasi ketiga adalah varietas kecipir dan kacang tunggak sebagai pengganti kedelai dengan inovator Prof Muhamad Syukur. Dengan adanya kacang tunggak ini dapat mensubstitusi kedelai apabila terjadi kekurangan kedelai. Rektor menyampaikan bahwa varietas kacang tunggak hasil inovasi Prof Syukur ini berwarna lebih putih sehingga baik untuk bahan tempe dan cita rasanya jauh lebih enak.
Inovasi keempat adalah tempe higienis fungsional untuk mendukung kesehatan dan pengembangan ekspor, hasil inovasi dari Prof Made Astawan. “Empat inovasi ini sangat membanggakan dan harus terus didorong agar bisa meningkatkan add value untuk kemajuan pertanian Indonesia,” ucap Prof Arif Satria.
Sementara itu Dr Ernan Rustiadi, Kepala LPPM IPB University menyampaikan bahwa hasil penelitian ini menjadi sangat relevan untuk mengantisipasi krisis pangan yang serius. Saat ini, tambahnya, potensi krisis pangan menjadi isu dunia. Di beberapa negara, krisis ini sudah terjadi, bahkan krisis multidimensi. Namun Dr Ernan menilai Indonesia masih terhitung dalam kondisi baik walaupun berbagai indikator terkait inflasi harga pangan meningkat.
“Kita harus memberikan perhatian, terutama sektor pangan (yang mengandung unsur protein) yang masih impor. Indonesia masih impor komoditas pangan cukup besar, protein juga daging. Tim LPPM IPB University memantau dan melihat bahwa beberapa hasil-hasil penelitian sangat relevan untuk antisipasi tantangan serius di bidang pangan ini,” ujarnya. (dh/Zul)