DRI IPB

Revitalisasi industri pupuk akankah terealisasi?

Warta IPTEK

Revitalisasi industri pupuk akankah terealisasi?

Revitalisasi industri pupuk akankah terealisasi?

oleh : Yusuf Waluyo Jati

Sebagian besar pabrik pupuk urea di Indonesia saat ini sudah tua renta yakni rerata di atas 20 tahun. Akibatnya, pemakaian bahan baku berupa gas menjadi lebih boros karena teknologinya pun terbilang usang. Ini fakta yang tidak bisa dipungkiri.

Dengan konsumsi gas yang besar, maka beban pemerintah akan bertambah mengingat seluruh pabrik pupuk urea nasional berstatus BUMN. Volume konsumsi gas yang besar dengan sendirinya juga membuat alokasi subsidi harga pupuk yang ditanggung pemerintah ikut melambung.

Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI) mencatat PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) setidaknya memiliki tiga unit pabrik tua yang berusia 31–34 tahun yakni Pusri II, III, IV. Pabrik itu beroperasi antara 1974 dan 1977.

Tiga unit pabrik pupuk ZA milik PT Petrokimia Gresik (Petrogres) yakni ZA-I, II, dan III juga terbilang tua, antara 22 dan 36 tahun. Pabrik tersebut didirikan sekitar 1972–1986.

Fasilitas produksi PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) terutama unit Kaltim I dan II serta PT Pupuk Kudjang Cikampek (PKC), khususnya Kudjang 1A juga berusia 24–30 tahun.

Apabila dihitung secara menyeluruh, dari total 20 pabrik pupuk yang dimiliki lima BUMN pupuk di bawah Pusri Holding, ada sekitar 12 pabrik tua atau yang berusia di atas 20 tahun. Delapan pabrik lainnya berusia di bawah 20 tahun, atau 3–19 tahun.

Ketua Umum FIKI Hidayat Nyakman menjelaskan di tengah mesin-mesin yang sudah uzur itu, industri pupuk di dalam negeri justru dihadapkan pada masalah tren kenaikan permintaan pupuk.

Produksi urea (bersubsidi) pada 2008 menunjukkan pertumbuhan negatif rerata 0,3% per tahun dalam kurun waktu sejak 1995, dengan total produksi mencapai 6,13 juta ton.

Pada sisi lain, total konsumsi urea di sektor pertanian dan perkebunan/industri pada tahun itu mencapai 5,75 juta ton, atau tumbuh 1,39% per tahun untuk pertanian dan 10,54% untuk perkebunan.

Secara umum, ujar Hidayat, neraca di industri pupuk dari waktu ke waktu berpotensi semakin mengkhawatirkan apabila sektor strategis ini tidak mampu berproduksi optimal dalam memenuhi derasnya permintaan di dalam negeri.

Bahan baku pupuk nonurea, termasuk NPK/phonska bahkan masih diimpor. “Mesin-mesinnya juga sudah tua dan butuh peremajaan.

Pada sisi lain, problem keterbatasan gas juga menambah ancaman yang semakin serius,” jelas Hidayat kepada Bisnis.

Kekhawatiran tersebut sangat beralasan mengingat di industri pupuk nasional tidak semata-mata bertumpu pada menuanya usia mesin-mesin produksi. Lebih dari itu, cadangan gas bumi semakin berkurang, sedangkan kontrak ekspor LNG tetap dipertahankan, sehingga pabrik tidak dapat beroperasi optimal.

Dari sisi tataniaga pupuk, produsen merasa pelaksanaan kebijakan ekspor pupuk dinilai belum konsisten meski kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi dan stok melebihi ketentuan.

Pada sisi lain, disparitas harga pupuk bersubsidi dan nonsubsidi (kebun, industri ataupun ekspor) dapat berakibat distribusi pupuk bersubsidi tidak tepat sasaran. Komoditas ini acap kali juga digunakan oknum-oknum untuk mendulang di air keruh sehingga tidak jarang terjadi kelangkaan stok urea.

Revitalisasi

.cat { font-weight: bold; font-size: 14px; color: #003399; font-family: Arial, helvetica, sans-serif} .judul1 { font-weight: bold; font-size: 11px; color: #FFFFFF; font-family: Arial, helvetica, sans-serif; text-align: center} .isi { font-weight: bold; font-size: 11px; font-family: Arial, helvetica, sans-serif; vertical-align: top} .isi1 { font-weight: bold; font-size: 11px; font-family: Arial, helvetica, sans-serif; text-align: right} .isiq { font-weight: bold; font-size: 11px; font-family: Arial, helvetica, sans-serif; text-align: center; vertical-align: top} .judula { font-weight: bold; font-size: 11px; color: #000000; font-family: Arial, helvetica, sans-serif; text-align: center}

Kebutuhan gas bumi di pabrik urea pada 2010-2025 (MMscfd)
? 2010 2015 2020 2025
Pupuk Kalimantan Timur 285 318 318 318
Pupuk Kudjang 108 134 134 134
Petrokimia Gresik 65 130 130 130
Pupuk Sriwidjaja 225 289,5 313 313
Pupuk Iskandar Muda 110 110 110 110
Proyek Pupuk Tangguh ? 91 182 182

Sumber: PT Pusri Holding, 2009

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Industri, Riset dan Teknologi Rachmat Gobel menilai untuk meningkatkan efisiensi dan kesinambungan kinerja di industri pupuk, industri dan pemerintah harus secepatnya menyelesaikan agenda revitalisasi dan pengembangan pabrik pupuk.

“Pabrik-pabrik pupuk urea harus segera diremajakan agar produktivitasnya bisa kembali optimal. Penggunaan teknologi baru yang hemat energi dan ramah lingkungan menjadi prasyarat mutlak dalam proses revitalisasi. Strategi ini merupakan bagian dari roadmap Kadin yang akan direkomendasikan kepada pemerintahan baru hasil Pemilu 2009,” kata Rachmat.

Selain itu, agenda penting lainnya seperti konsep sinergi BUMN dan swasta nasional dalam penjajakan pendanaan sebagai ekuitas proyek pengembangan industri harus segera dimatangkan. Penambahan dan peremajaan luas area pertanian, perikanan budi daya dan kehutanan perlu ditingkatkan agar komoditas ini dapat terserap optimal.

Di dalam roadmap industri pupuk yang sedang dimatangkan Kadin, ujar Rachmat, revitalisasi dan proyek pembangunan pabrik urea diperkirakan menelan investasi US$6,225 miliar. Megaproyek ini diharapkan segera direalisasikan dan pabrik mulai beroperasi komersial pada 2013.

Namun, satu hal yang tidak boleh dilupakan sekaligus merupakan faktor terpenting adalah ketersediaan pasokan gas untuk pabrik-pabrik baru yang akan dibangun itu.

Sebagai ilustrasi, lahan proyek pabrik urea PT Pupuk Kaltim yang sudah siap bangun, sekarang menjadi terkatung-katung karena belum ada kontrak gas jangka panjang.

Untuk itu, Rachmat mengingatkan pemerintahan baru periode 2009–2014 dan untuk mengalokasikan pasokan gas dalam volume memadai dalam jangka panjang. Tanpa pasokan gas yang cukup, megaproyek itu tidak ubahnya seperti menggarami samudra, alias pekerjaan sia-sia. (yusuf.waluyo@bisnis.co.id)

Sumber : http://web.bisnis.com/artikel/2id2395.html