OPTIMALISASI KERJA MYCOFER DENGAN AUGMENTASI MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK REHABILITASI LAHAN MARGINAL DAN TERDEGRADASI DI INDONESIA
OPTIMALISASI KERJA MYCOFER DENGAN AUGMENTASI MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK REHABILITASI LAHAN MARGINAL DAN TERDEGRADASI DI INDONESIA
OPTIMALISASI KERJA MYCOFER DENGAN AUGMENTASI MIKROORGANISME TANAH POTENSIAL DAN ASAM HUMAT UNTUK REHABILITASI LAHAN MARGINAL DAN TERDEGRADASI DI INDONESIA
(OPTIMIZATION OF MYCOFER PLUS AND AUGMENTATION OF POTENTIAL SOIL MICROORGANISM AND HUMIC ACID FOR REHABILITATION OF MARGINAL AND DEGRADED LAND IN INDONESIA) Panca Dewi MH Karti1*), Sri Wilarso Budi R.1), Noor F Mardatin1) ABSTRACT Marginal and degraded lands in Indonesia are considerably extensive and include many kinds of soil, for instance acid soil and post mining soil. Efforts to overcome the problem of acid soils and post mining soil are the use of biological fertilizer such as arbuscular mycorrhizal fungi (FMA), phosphate dissoving microorganism (MPP), and nitrogen fixer microorganism (MPN). The objective of this research was seeking new formulation of biological fertilizer which constitute a consortium between Mycofer with MPP, MPN, and humic acid which could increase its ability for supplying nutrients and help to increase plant survival in less favorable environment. The first year research comprised the following research stages: (i), Preparation of augmentation materials, namely multipilication of potential microbe (FMA, MPP and MPN) and humic acid ; (ii) Formulation of biological fertilizer which constitute the consortium of Mycofer with MPP, MPN and humic acid. There were 6 formulas of biological fertlizer which were tested in this research, namely (a) Mycofer with addition of MPP isolates 1, 2 dan 3; (b) Mycofer with addition of Azospirilum isolates 1, 2 and 3; (c) Mycofer with addition of Rhizobium isolates 1, 2 and 3; (d) Mycofer with addition of humic acid; (e) Mycofer with addition of MPP, Azospirilum and Rhizobium; (f) Mycofer with addition of MPP, Azospirilum, Rhizobium and humic acid; (iii) Test of Mycofer plus formulation in post mining acid soil and latosol soil at laboratory scale with corn crop and Legum Cover Crop (LCC) which comprised (a) Centrosema pubesens (b) Pueraria phaseoloides, and grasses which comprised (a) Panicum maximum , and (b) Setaria splendida in pots with 5 kg capacity for 3 months. In the second year research, the first factor was microbe treatment, which compriserd 4 levels, namely P1 (control), P2 (mycofer), P3 (mycofer with Azospirillum/Rhizobium) and P4 (mycoferd , Azopirillum/Rhizobium, and MPP); whereas the second factor was technological treatment which comprised 3 kinds of technolgy, namely T1 (SOP of gold mining), T2 (technology of soil amelioriation), and T3 (hydroseeding technology). Result of the first year research indicate that the five crops species tested gave different responds weather in latosol soil or in post mining soil. In general, all plant species tested indicate that they not only need single microorganism but need consortium of microorganism. The plants were better growth when inoculated with consortium of microorganism combined with humic acid both in latosol soil and post gold mining soil respectively. The second year research was conducted in post gold mining land of PT Aneka Tambang, in Pongkor, Bogor. The results showed the tolerant crops that did not require technology and addition of microbe for their growth are Calopogonium muconoides and Setaria spendida whereas Brahiaria humidicola and Centrosema pubesescens only required treatment P3, P4 and P2. Pueraria phaseoloides and Panicum maximum were categorized as sensitive plants because they required additio of microbes and technology, namely treatments T3P3 an treatment T3P4. Keywords : Marginal land, Arbuscular Mycorrhizal Fungi, Phosphate Dissoving Microorganism, Nitrogen Fixer Microorganism, Humic Acid. ABSTRAK Tanah marginal dan terdegradasi di Indonesia cukup banyak, antara lain tanah masam dan tanah pasca penambangan. Untuk mengatasinya dengan penggunaan pupuk hayati yaitu fungi mikoriza arbuskula (FMA), mikroorganisme pelarut fosfat (MPP) dan mikroorganisme penambat nitrogen (MPN). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi baru pupuk hayati yang merupakan konsorsium antara Mycofer (FMA) dengan MPP, MPN, dan asam humat agar dapat lebih meningkatkan kemampuannya dalam menyediakan unsur hara dan membantu ketahanan tanaman pada lingkungan yang kurang menguntungkan. Penelitian ini terdiri dari penelitian tahun pertama terdiri dari 3 tahap yaitu: (i) Persiapan bahan augmentasi: perbanyakan mikroba potensial (FMA, MPP dan MPN) dan asam humik (ii) Formulasi pupuk hayati yaitu (i) Mycofer dengan penambahan MPP isolat 1, 2 dan 3 (ii) Mycofer dengan penambahan Azospirilum isolat 1, 2 dan 3 (iii) Mycofer dengan penambahan Rhizobium isolat 1, 2 dan 3, (iv) Mycofer dengan penambahan asam humat, (v) Mycofer dengan penambahan MPP, Azospirilum dan Rhizobium, dan (vi) Mycofer dengan penambahan MPP, Azospirilum, Rhizobium dan asam humat. (iii) Uji formulasi Mycofer plus pada tanah masam pasca penambangan dan tanah latosol skala laboratorium dengan tanaman uji Jagung dan Legum Cover Crop (LCC) yang terdiri dari (a) Centrosema pubesens (b) Pueraria phaseoloides, rumput yang terdiri dari (a) Panicum maximum (b) Setaria splendida pada pot kapasitas 5 kg selama 3 bulan. Penelitian tahun kedua yaitu faktor pertama adalah perlakuan mikroba terdiri dari 4 taraf yaitu P1 (kontrol), P2 (mycofer). P3 (mycofer dengan Rhizobium/Azospirillum), P4 (mycoferd, Rhizobium/Azospirillum dan MPP) dan faktor kedua adalah perlakuan teknologi penanaman terdiri dari 3 jenis yaitu T1 (SOP tambang emas), T2 ( teknologi pembenah tanah), T 3 ( Teknologi hidroseeding). Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa lima jenis tanaman uji memberikan respon yang berbeda pada tanah latosol maupun tanah pasca penambangan emas. Secara umum ke lima jenis tanaman tersebut membutuhkan pupuk hayati tidak secara tunggal, akan tetapi membutuhkan konsorsium dari beberapa jenis mikroorganisme dan hasilnya akan lebih baik bila dikombinasikan dengan pemberian asam humat, baik pada tanah latosol atau tanah pasca penambangan emas. Hasil penelitian tahun kedua pada lahan pasca tambang emas PT. Aneka Tambang di Pongkor yaitu tanaman yang toleran tidak memerlukan teknologi penanaman dan penambahan mikroba untuk pertumbuhannya yaitu Calopogonium mucunoides dan Setaria splendida, sedangkan Brachiaria humidicola, Centrosema pubescens hanya memerlukan penambahan mikroba yaitu perlakuan P3 dan P4 serta P2. Pueraria phaseoloides dan Panicum maximum termasuk tanaman peka karena memerlukan penambahan mikroba dan teknologi penanaman yaitu perlakuan T3P3 dan perlakuan T3P4. Kata kunci : Fungi Mikoriza Arbuskula, Mikroorganisme pelarut fosfat, mikroorganisme penambat nitrogen, Asam humat. |
Download : Abstrak |