Tujuh institusi riset flu burung pada bebek
Tujuh institusi riset flu burung pada bebek
YOGYAKARTA (bisnis.com): Sedikitnya tujuh institusi pemerintah Indonesia, universitan, dan lembaga asing menyelidiki peranan bebek sebagai penular virus H5N1, menyusul kasus yang muncul di Vietnam.
Institusi yang terlibat dalam kolaborasi riset itu adalah Ditjen Peternakan, Research Institute for Veterinary Science, CSIRO Livestok Industries Australia, University of Australia, Department of Animal Vietnam, dan National Institute of Veterinary Research Vietnam.
“Kasus penularan highly pathogenic avian influenza terus berlanjut,” ujar Julien de Meyer, Manager Australia Centre for International Agricultural Research (ACIAR) untuk Indonesia. ACIAR terlibat dalam riset tersebut sejak 3 tahun lalu, untuk menyelidiki peranan bebek sebagai inang penular H5NI di Indonesia dan Vietnam untuk melihat pola infeksi pada peternakan skala kecil.
Di Indonesia, sebanyak 96 peternak bebek dari 16 desa di Sleman, Magelang, Kulonprogo, dan Bantul, diikutsertakan dalam penelitian tersebut. Sejak awal 2007, dilakukan pengamatan pada bebek-bebek itu selama dua bulan sekali dalam waktu setahun, di mana diambil sepuluh ekor bebeb dan lima ekor ayam dari masing-masing peternak.
Bebek itu tidak divaksinasi terhadap highly pathogenic avian influenza. Akibatnya, terdapat banyak kelompok bebek yang tahan terhadap infeksi dan menjadi terkspos virus HPAI karena seringnya terjadi penyebaran virus itu selama proses pengamatan.
Hasil riset PBB setahun lalu menyebutkan penyebab penyakit flu unggas disebabkan oleh bebek yang banyak berkeliaran di sawah setelah panen. Sementara itu, Hasil riset Deptan, Depkes, dan Usaid Desember 2008, menyebutkan bebek sangat rentan menularkan virus avian influenza. (dj)
Sumber :
oleh : M. Fatkul Masykur
http://web.bisnis.com/sektor-riil/agribisnis/1id113650.html