DRI IPB

Survei PKSPL IPB University: Di Dusun Yarweser dan Marandan Weser Raja Ampat, Lobster Tidak Boleh Ditangkap

Berita / Warta LPPM

Survei PKSPL IPB University: Di Dusun Yarweser dan Marandan Weser Raja Ampat, Lobster Tidak Boleh Ditangkap

Masyarakat Kabupaten Raja Ampat sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Mereka memanfaatkan hasil laut guna mendapatkan penghasilan. Salah satu hasil laut yang menjadi andalan masyarakat Kepulauan Waigeo Sebelah Barat, Raja Ampat dan Selat Dampier adalah ikan kerapu merah. Ikan kerapu merah memiliki nama tersendiri yang sudah diberikan dari pengusaha yaitu tonseng, saiseng dan faminseng.

Hal ini terungkap dalam survei kondisi ekosistem kritis di Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) atau Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat yang dilakukan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PKSPL LPPM) IPB University, (6-19/11). Kegiatan survei tersebut merupakan rangkaian dari Program Desain Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu dalam Mendukung Percepatan Pelaksanaan RZWP-3-K di Provinsi Papua Barat.

Tim survei yang diketuai oleh Dr Dadan Mulyana ini juga terungkap bahwa selain ikan kerapu, ada juga lobster jenis mutiara, bambu, pasir, batik dan lobster setan yang menjadi target untuk menghasilkan uang. Untuk lobster, Dusun Yarweser dan Marandan Weser tidak ditangkap baik itu untuk dikonsumsi maupun dijual, karena dilarang oleh aturan adat yang mereka percayai.

BERITA PKSPL OK

“Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat besar. Potensi tersebut terdiri dari potensi perikanan tangkap, potensi perikanan budidaya serta potensi pariwisata. Dari potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Raja Ampat tersebut yang paling menonjol adalah potensi pariwisatanya. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya home stay, resort dan cottage yang dibangun untuk fasilitas bagi wisatawan yang datang berkunjung ke Raja Ampat. Selain itu juga banyak tempat-tempat indah yang menjadi andalan bagi Kabupaten Raja Ampat guna menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten tersebut. Salah satu tempat yang namanya sudah terkenal hingga ke luar negeri adalah Piaynemo dan Wayag,” ujarnya.

Di samping potensi pariwisata yang sudah tersohor hingga ke luar negeri, Raja Ampat juga menyimpan potensi perikanan tangkap dan budidaya yang pemanfaatannya belum maksimal. Akibat dari potensi perikanan yang besar, banyak aktivitas penangkapan ikan yang merusak, seperti menggunakan bom dan potasium yang berdampak pada  kerusakan ekosistem terumbu karang. Guna melindungi ekosistem pesisir dan laut Kabupaten Raja Ampat, sudah banyak lembaga yang menjalankan program-program untuk melindungi ekosistem pesisir dan laut Kabupaten Raja Ampat.

“Masyarakat lokal tidak tinggal diam, mereka juga ikut terlibat secara langsung dengan peraturan adat yang mereka warisi turun temurun yaitu sasi,” imbuhnya.

Dalam survei ini Dr Dadan dan 10 orang timnya terbagi menjadi empat kelompok. Yakni tim sosial budaya dan ekonomi masyarakat (Muhammad Qustam Sahibuddin dan Arisman), tim ekosistem mangrove (Dadan Mulyana dan Ngudi Nurhidayat), tim ekosistem lamun (Robba Fahrisy Darus dan Naufal Rasyid) dan tim ekosistem terumbu karang (Aditya Bramandito, Mahmudin dan Novit Rikardi) serta fasilitator lokal (Nurdana Pratiwi). (MQS/Zul)