Sabisa Farm IPB University Gelar Capacity Building Bagi Mahasiswa dan Alumni
Sabisa Farm IPB University Gelar Capacity Building Bagi Mahasiswa dan Alumni
Sabisa Farm IPB University menggelar capacity building dengan menghadirkan narasumber Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University, Dr Ernan Rustiadi. Acara yang digelar secara daring, (28/11) tersebut diadakan untuk menambah wawasan mahasiswa dan alumni IPB University agar memperkuat jiwa entrepreneur mereka.
Dalam sambutannya, Dr Alim Setiawan Slamet, Direktur Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir IPB University menyambut baik kegiatan tersebut karena dapat menjadi sarana pengembangan kapasitas peserta khususnya mahasiswa.
Ia menyebutkan bahwa menjadi mahasiswa tangguh amatlah penting untuk siap terjun ke dunia kerja.
“Kegiatan ini juga sejalan dengan tujuan pendidikan IPB University. Yakni mencetak mahasiswa sebagai lulusan dan pembelajar yang lincah dan tangguh. Sekaligus mencetak jiwa entrepreneur yang tangguh dengan didukung growth mindset, karakter dan kompetensi yang baik. Di samping itu, tidak mudah menyerah, tidak takut akan kegagalan serta bertumpu pada peluang dan mimpi. Kesempatan tersebut juga baik dalam membangun kolaborasi dan komunikasi yang efektif, belajar untuk memimpin dengan menggali inspirasi dari narasumber, ” jelasnya.
Sementara itu Dr Ernan menyampaikan, pembentukan kapasitas teamwork merupakan buah dari fungsi human capital dan social capital, sehingga tak bisa berdiri sendiri. Seorang individu dapat berkemampuan hebat bila human capital-nya berisi sumberdaya manusia unggul dengan skill yang baik. Tapi hal tersebut tak dapat dijadikan jaminan bila suatu kelompok tidak terorganisir dan tidak kompak. Sehingga peningkatan social capital menjadi penting bagi keeratan suatu kelompok. Selain itu, dibutuhkan pula modal berupa pengetahuan, keahlian dan etos kerja dan kebiasaan serta akses terhadap daya bagi individu yang unggul.
“Seseorang itu hebat bila memiliki kemampuan tersebut. Penting menjadi individu yang berpengetahuan tinggi yang dapat diterapkan di lapangan. Keahlian utama berupa hard skill juag dibutuhkan agar sukses dalam bekerja. Hard skill tersebut dapat diperoleh melalui mentoring maupun pelatihan seperti yang diterapkan oleh Sabisa Farm. Perguruan tinggi juga secara tidak langsung membentuk keahlian-keahlian tertentu melalui praktikum. Di Sabisa Farm sendiri pelatihan yang diberikan tak hanya berbentuk pengetahuan teori namun juga tahu cara mempraktikannya secara profesional.
Aspek etos kerja dan kebiasaan juga perlu diperhatikan karena menyangkut sikap individu. Soft skill yang bagus tidak akan cukup menjadikan individu yang hebat bila habitualnya tidak sesuai, ” ungkapnya.
Menurutnya, kebiasaan mengerjakan sesuatu dengan tekun dan ulet dapat dilihat dari budaya masyarakat Jepang atau Jerman. Kebiasaan tersebut dapat diturunkan oleh budaya, lingkungan maupun genetik, namun tetap dapat dilatih dan diubah.
“Melalui program mentoring Sabisa Farm, kebiasaan kerja keras dan tekun biasa diterapkan, ” tegasnya. Ia juga menyebutkan bila kemampuan mengakses dan memanfaatkan peluang juga amat penting. Bila seseorang dapat memanfaatkan peluang dengan baik, maka ia akan lebih mudah menguasai keahlian yang berbeda. Selain itu, pembangunan kapasitas juga turut didukung oleh people capital dan pembangunan kepercayaan.
“Beberapa hal yang juga menjadi modal penting dalam membangun teamwork. Terlebih lagi suatu kelompok dapat terdiri dari individu dengan latar belakang yang berbeda. Hal tersebut diperlukan untuk meminimalisir risiko, mengurangi biaya pengawasan dan pengendalian, serta menyusun aturan yang disepakati bersama, ” paparnya. (MW/Zul)