DRI IPB

PSP3 IPB University Bahas Investasi Desa dan Daerah Tertinggal

Berita / Warta LPPM

PSP3 IPB University Bahas Investasi Desa dan Daerah Tertinggal

Investasi untuk Pembangunan dan Pertanian merupakan salah satu skema dalam mendorong pertumbuhan ekonomi desa. Dari latar belakang tersebut, Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University mengadakan kegiatan Serial Komunitas, (29/4) yang merupakan serial webinar ketiga yang sudah dilaksanakan oleh PSP3.

Dalam edisi ketiga webinar Serial Komunitas ini, narasumber yang dihadirkan antara lain Ir Harlina Sulistyorini, MSi (Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi), Ir Trihadi Saptoadi, MBA (Filantropi Ventura/Social Enterprise) dan Dr Lala Kolopaking (Pakar Digital Desa, Fakultas Ekologi Manusia/Fema IPB University), dengan pemandu acara Dr Doni Yusri (Dosen Program Studi Manajemen Industri Sekolah Vokasi IPB University).

Webinar yang dihadiri oleh lebih dari 100 peserta ini dibuka dan dipantik langsung oleh Prof Muladno selaku Kepala PSP3 yang menjelaskan mengenai permasalahan dan juga simulasi investasi di bidang peternakan.

“Contoh skema investasi yang bisa diterapkan di desa pada bidang peternakan adalah dengan model focus farm dalam jangka waktu lima tahun. Yang tidak kalah penting adalah menggandeng berbagai stakeholder untuk kerjasama agar semua produk peternakan ini bisa terintegrasi. Peternak bisa mendapatkan potensi keuntungan hingga 80 persen apabila skema investasi bisa diterapkan,” ungkap Prof Muladno.

berita-psp3ekonmomidesa

Diskusi kemudian dilanjutkan dengan materi oleh Ir Harlina Sulistyorini, MSi yang membahas tuntas mengenai skema pendanaan desa terutama tentang skema pengembangan tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).  Perbaikan nomenklatur dan BUMDes yang dikuatkan pada PP 11/21 diharapkan dapat mengembangkan kinerja BUMDes yang sudah berbadan hukum sehingga bisa mengembangkan skala ekonomi lokal. Bisa juga diterapkan kolaborasi antar BUMDes agar terjadi kolaborasi antar desa dan dampak skala ekonominya akan semakin besar.

“Ketika BUMDes ini sudah terbentuk dengan baik, Kami juga akan menyiapkan pasar dengan menggandeng startup sebagai mitra kerja sama. Tujuannya agar penjualan produk dari masyarakat desa bisa dipasarkan terutama dalam rangka membangkitkan perekonomian pada periode pandemi ini,” ungkap Ir Harlina.

Diskusi kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh Ir Triadi Saptoaji yang menjelaskan banyak fakta empiris mengenai kondisi dan iklim investasi di masyarakat ekonomi kecil seperti ada yang desa.

“Masyarakat kecil seperti yang ada di desa saat ini agak kesulitan mendapatkan modal untuk usaha karena terbatasnya opsi yang rasional. Oleh karena itu, perlu impact investing yang bisa diukur dampak finansial dan sosialnya dengan melibatkan para filantropi agar masyarakat desa seperti petani dan peternak dapat mempunyai modal usaha dengan cost of money yang terjangkau,” pungkas Ir Triadi.

Sementara itu, Dr Lala M Kolopaking memaparkan bahwa pondasi pada program pembangunan berkelanjutkan (sustainable development goals/SDG’s) adalah tentang climate action serta mengulas kondisi aktual investasi sosial ini dan usaha kreatif.

“Tanggung jawab kita bersama untuk generasi muda yang angkanya akan meledak pada sekitar tahun 2040-an ini adalah menyiapkan calon-calon innovator,” ungkap Dr Lala. (**/Zul)