DRI IPB

Probiotik Bantu Kurangi Gejala IBS

Warta IPTEK

Probiotik Bantu Kurangi Gejala IBS

DUA pertiga sistem kekebalan tubuh berada dalam saluran cerna. Asupan ”bakteri baik” membantu menjaga pencernaan senantiasa sehat.Suplemen multivitamin sejatinya ”mirip” dengan obat.

Sebabnya, orang dianjurkan minum multivitamin hanya jika asupan nutrisi dari makanan sehari- hari tidak mencukupi,atau saat sakit sehingga memerlukan asupan vitamin lebih banyak. ”Suplemen biasanya dikonsumsi mereka yang menu makan hariannya kurang memadai aspek gizinya,atau mereka yang inginnya praktis.

Dengan sekali telan, semua vitamin terpenuhi,” ujar ahli mikrobiologi makanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Betty Sri Laksmi Jenie. Upaya mendapatkan kesehatan paripurna tak hanya ditempuh lewat pemberian suplemen multivitamin yang ritual konsumsinya rutin seperti minum obat.

Pelaku industri juga menambahkan nutrisi tertentu ke dalam produk makanan atau minuman yang biasa dikonsumsi masyarakat seharihari. Salah satu suplementasi khusus dimaksud adalah probiotik. Bukan hal baru lagi bahwasanya produk-produk konsumsi harian seperti susu, yogurt, jus buah, hingga pemanis buatan juga ada yang disuplementasi dengan probiotik.

Manfaat utama yang ditawarkan adalah menjaga kesehatan saluran pencernaan sehingga daya tahan tubuh otomatis meningkat. Makan kuman bikin sehat? Tentu, asalkan kumannya adalah kuman baik alias probiotik.Konsep probiotik itu sendiri sebenarnya sudah dikenal sejak 1965.

Jauh sebelum itu, keju dan susu fermentasi yang telah populer sejak zaman Yunani dan Romawi, dianjurkan pemberiannya pada anak dan orang yang baru sembuh dari sakit. Sejalan perkembangan dunia medis, apalagi didukung era probiotik pada 1995, berbagai penelitian untuk mengetahui manfaat probiotik terus dilakukan.

Kesimpulannya, si kuman baik ini bermanfaat menekan pertumbuhan bakteri patogen penyebab penyakit. Prosesnya, probiotik akan membuat lingkungan di dalam usus menjadi lebih asam dan kurang oksigen sehingga patogen mati. Begitu pun perlekatan kuman patogen pada dinding usus dengan tangkas bisa dihalangi.

”Probiotik juga punya kemampuan menghasilkan zat antikuman, menjinakkan racun kuman, membantu memperbaiki dinding usus dan meningkatkan ketahanan usus,” sebut ahli Gastrohepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jakarta Prof Agus Firmansyah MD PhD. Manfaat probiotik tak hanya seputar pencernaan.

Bakteri yang melekat pada sel epitel usus manusia ini juga membantu memerangi sejumlah penyakit sehingga dikembangkan dalam terapi preventif maupun kuratif. Misalnya, dalam kasus intoleransi laktosa,pencegahan sembelit, pencegahan dan pengobatan diare, bahkan pasien dengan kelainan usus pendek atau terbelit.Kebiasaan mengonsumsi probiotik juga dapat mengurangi risiko kanker kolon dan kanker kandung kemih.

Terkait diare,studi yang dipublikasikan dalam British Medical Journal melaporkan, meminum minuman probiotik dapat mencegah diare yang disebabkan konsumsi antibiotik.Penelitian melibatkan 135 orang pengonsumsi antibiotik yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama diminta mengonsumsi 100 gram actimel yang mengandung probiotik jenis Lactobacillus casei, Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus.

Sementara itu, kelompok kedua hanya mengonsumsi milkshake biasa yang tidak mengandung probiotik. Mereka meminumnya dua kali sehari selama mengonsumsi antibiotik dan seminggu setelahnya. Hasilnya, kasus diare pada kelompok peminum probiotik hanya 12% dibandingkan kelompok kedua yang mencapai 34%.

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan para peneliti asal Inggris juga melaporkan bahwa produk probiotik, yang mengandung mikroba hidup yang menyehatkan pencernaan, juga membantu mengurangi gejala irritable bowel syndrome (IBS). IBS merupakan suatu kelainan pergerakan keseluruhan saluran pencernaan, yang menyebabkan nyeri perut, kembung, sembelit atau diare.

Gangguan ini diperkirakan dialami sekitar 30 persen dari populasi penduduk dunia.Penyebab IBS belum jelas dan masih diperdebatkan, apakah hal ini terkait faktor pemicu psikologis atau biologis, atau mungkin kombinasi keduanya. Selama ini, bukti-bukti pendukung tentang efektivitas penanganan IBS masih lemah.

Itulah sebabnya, Dr Nourieh Hoveyda dari Universitas Oxford tergugah melakukan analisis penelitian untuk mengungkap peluang probiotik dalam mengurangi gejala pada pasien IBS. ”Pada pasien dengan IBS, probiotik memberi manfaat perbaikan dalam keseluruhan gejala.

Akan tetapi,dua penelitian lainnya gagal membuktikan adanya manfaat dari probiotik.Kemungkinan hal tersebut disebabkan perbedaan mikroorganisme yang ditemukan dalam produk probiotik,” ujar Hoveyda. (inda susanti)

Sumber : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/227827/36/