Pengembang Merdesa Apps Pemeluk Hindu Taat Ini Mengkoordinir Santunan Anak Yatim di Bulan Ramadan
Pengembang Merdesa Apps Pemeluk Hindu Taat Ini Mengkoordinir Santunan Anak Yatim di Bulan Ramadan
I Made Godya Aditya SKom, MKom menjadi Koordinator Penyaluran Santunan kepada 43 anak yatim di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pengembang salah satu aplikasi pendukung Data Desa Presisi (DDP) tersebut bersama Sayyid al Bahr dari Unit Desa Presisi (UDP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University dan Lu’lu Firdausi dari Community Service Center (CSC), membagikan santunan sebesar Rp 250.000 pada anak yatim dari usia satu hingga empat belas tahun.
Made, alumni Departemen Ilmu Komputer IPB University ini membangun aplikasi yang dikenal sebagai Merdesa Apps. Ia sendiri yang menamainya demikian. “Kita namakan aplikasi itu sesuai buku yang ditulis Pak Sofyan, Involusi Republik Merdesa,” ujarnya.
Selain Made, ada kiprah dari Lukman Hakim dan Rajib Gandi (yang masing-masing menjabat sebagai Ketua dan Sekretaris UDP) dalam pembuatan nama aplikasi untuk kepentingan sensus yang presisi ini.
Aplikasi yang dibangun pada 2019 tersebut menjadi pelaksanaan sebagian kecil gagasan Dr Sofyan Sjaf (Penggagas DDP) tentang bagaimana membangun Indonesia sejak dari akar rumput.
Pada program santunan ini, IPB University memanfaatkan basis data dari DDP. Selain itu, proses pelaksanaannya juga menggunakan aplikasi IPB Peduli hasil besutan Muhammad Iqbal, SPi, MSi.
“Lebih baik seperti ini (didatangi ke lokasi), tetapi kalau ke rumah masing-masing takutnya dikira aksi pembagian sumbangan. Kasihan yang tidak dapat, sebaiknya dikumpulkan di RT,” ujar salah satu Ketua RT setempat.
Menurutnya, dengan mendatangi langsung penerima santunan, dipastikan dana dari para donatur sampai ke penerima yang berhak. Bahkan tidak bisa diwakili selain ibu atau saudara kandung penerima tersebut.
Dari puluhan orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut, terdapat juga Grace Natalia, penganut Nasrani tersebut ikut serta menjadi relawan di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, yang dikoordinir Ahmad Aulia Arsyad dari UDP.
“Grace dan saya berbagi peran untuk mendistribusikan santunan. Kami pisah jalan dan menyerahkan amplop santunan ke rumah-rumah, ditemani staf desa dan ketua masing-masing RT. Grace bersama staf ibu-ibu, saya bersama staf bapak-bapak,” paparnya.
Di desa ini, keduanya menyebarkan santunan untuk 94 anak yatim berjenjang usia dari satu, tiga, empat, hingga empat belas tahun.
Kondisi bentang alam berbentuk bukit dan lembah, juga matahari yang bersinar sangat terik hari itu, serta kendala jaringan yang sulit tidak menyurutkan semangat tim penyalur santunan. Dosen Tetap Program Studi Komunikasi, Sekolah Vokasi IPB University tersebut mengatakan bahwa ini adalah kewajiban kita untuk menyalurkan hak mereka.
“Kami memastikan hak tersebut sampai pada orang yang bersangkutan,” imbuhnya.
Grace mendapat apresiasi dan perhatian khusus dari masyarakat yang tak menduga dirinya ikut berkiprah di jalan sunyi kemanusiaan. “Ada momen di mana saya ditawarkan minum dan bahkan makan dulu saat di rumah warga dan di rumah Pak RT, karena mereka tahu saya tidak ikut berpuasa dan terlihat sedikit lelah. Untuk itu saya tidak menampik sikap tulus mereka,” ujar Grace.
Keterlibatan non-muslim merupakan upaya Humanis Presisi yang dibangun Dr Sofyan Sjaf. Menurutnya, membantu anak-anak yatim memang kewajiban kaum muslim, tapi dengan unsur kemanusiaan yang dikembangkan di Data Desa Presisi, maka siapa saja perlu dilibatkan, tanpa kecuali. (**/Zul)