DRI IPB

Peneliti IPB University Kembangkan Varietas Lele IPB-C1KUAT, Tahan Penyakit

Berita / Warta LPPM

Peneliti IPB University Kembangkan Varietas Lele IPB-C1KUAT, Tahan Penyakit

Tim peneliti dari IPB University telah mengembangkan varietas Lele IPB-C1KUAT (Kerjasama Unit Akuakultur dan Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar/BBPBAT). Keunggulan ikan lele ini adalah memiliki daya tahan lebih tinggi terhadap infeksi Aeromonas hydrophila yang menjadi patogen utama bagi ikan lele.

“Inovasi ini dapat membantu memenuhi target produksi ikan lele nasional. Terlebih ikan lele ini dapat dibudidayakan hampir di seluruh Indonesia dengan mudah sehingga berpeluang menjadi produk ketahanan pangan serta mengatasi permasalahan stunting di masyarakat pelosok,” ujar Ketua Tim Peneliti, Prof Alimuddin, Dosen IPB University dari Departemen Budidaya Perairan, Fakulas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) saat berlangsung Launching Hasil Penelitian Unggulan yang digelar Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University pada 30/8 di Science and Techno Park (STP), Kampus Taman Kencana, Bogor.

Menurut Prof Alimuddin, ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu spesies ikan air tawar unggulan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Ini karena ikan lele dapat dipelihara dalam kepadatan yang tinggi di kolam tanah, bak beton dan bak terpal. Ikan lele juga dapat hidup di daerah dengan suplai air terbatas dan kualitasnya tidak mendukung untuk spesies ikan lainnya. Lama waktu budidaya juga lebih singkat (2-3 bulan) untuk mencapai ukuran konsumsi (8-10 ekor/kilogram).

berita-cikuat

“Permasalahan yang umum terjadi pada kegiatan budidaya air tawar adalah serangan penyakit akibat infeksi Aeromonas hydrophila. Sehingga apabila terjadi serangan penyakit ini dapat berakibat pada kematian massal. Dengan memanfaatkan inovasi ini kelangsungan hidup atau sintasan dapat dipertahankan hingga 74 persen lebih tinggi daripada ikan lele yang tidak diseleksi dengan cara yang dikembangkan,” ujarnya.

Prof Alimuddin menambahkan bahwa ikan lele tahan penyakit ini dapat menjadi alternatif varietas pilihan masyarakat untuk dibudidayakan sehingga kegagalan budidaya akibat infeksi penyakit bakteri dapat diminimalisasi.

“Riset ikan lele ini dimulai sejak tahun 2014. Pada awalnya menggunakan pendekatan yang sama sewaktu mengembangkan ikan mas tahan penyakit yang dirilis secara resmi pada tahun 2015. Namun demikian, hasilnya tidak sebaik dengan yang diperoleh pada ikan mas. Oleh karena itu, dicari metode lain dengan memanfaatkan marka molekuler yang disebut single nucleotide polymorphism. Alhamdulillah, dengan cara ini hasilnya lebih konsisten. Ikan lele yang tahan penyakit memiliki genotipe TT,” jelasnya.

Menurutnya, varietas ikan lele yang dirilis dan dibudidayakan masyarakat saat ini adalah hasil pemuliaan dengan tujuan perbaikan pertumbuhan. Belum ada varietas ikan lele yang tahan penyakit yang dirilis resmi.

“Pertumbuhan ikan lele (KKP) sudah tergolong cukup cepat untuk mencapai ukuran konsumsi yakni 8-10 ekor/kilogram. Sedangkan kegagalan budidaya ikan lele sering diakibatkan oleh rendahnya sintasan akibat kematian massal yang disebabkan oleh infeksi penyakit atau karena stres. Hal ini yang memotivasi kami untuk mengembangkan ikan lele tahan penyakit,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, pengujian budidaya ikan lele ini masih terbatas di Kampus IPB University dan di BBPBAT Sukabumi milik KKP. Ikan lele IPB -C1KUAT ini belum disebar ke pembudidaya karena belum dirilis secara resmi.  “Hasil pengujian Ikan Lele IPB-C1KUAT adalah memiliki sintasan yang lebih tinggi bila terinfeksi Aeromonas hydrophila.  Laju pertumbuhannya sama dengan varietas ikan lele yang sudah dirilis sebelumnya oleh KKP,” tandasnya. (*)