DRI IPB

Nila Gesit, Riset Panjang, Berbuah Senyuman

Warta IPTEK

Nila Gesit, Riset Panjang, Berbuah Senyuman

Beberapa tahun lalu, Haji Ade Misbah, peternak pembesar ikan dari Cianjur, Jawa Barat, pernah mengeluhkan bahwa kualitas induk dan benih ikan nila makin menurun. Pertumbuhannya pun kian rendah, rawan penyakit, dan butuh pakan lebih banyak.

Dibanding ikan tawar lainnya, seperti ikan mas dan gurami, pengembangbiakan ikan nila memang lebih mudah. Tak sulit mengawinkan ikan nila. Banyak peternak, termasuk Ade yang menyuntikkan hormon untuk meningkatkan pertumbuhan ikan nila. Tapi belakangan penyuntikan itu dilarang. Namun kini, para pembenih ikan seperti Ade bisa kembali tersenyum. Serangkaian riset panjang sejak 2001 silam yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT yang kemudian bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). berhasil melahirkan ikan nila ‘gesit’ pada Desember 2006.

Gesit sendiri adalah kepanjangan dari Genetically Supermale Indonesian Tilapia. Ikan nila (Oreochromis niloticus), merupakan spesies yang penting dalam perikanan budi daya yang saat ini telah berkembang pesat. “Ikan nila gesit ini jenis ikan superjantan dengan kromosom YY. Disebut super jantan karena 98 hingga 100 persen telur yang dihasilkannya berjenis kelamin jantan,” ujar peneliti perikanan budidaya BPPT, Ratu Siti, di Sukabumi, dipilih karena produktivitas telur tinggi dan pertumbuhannya cepat,” ujarnya.

Melalui serangkaian uji progeni, kata Ratu, betina dikawinkan kembali dengan jantan normal XY yang dihasilkan betina dan jantan terseleksi bergen YY.

belum lama ini, Menurut Ratu, Nila Gesit diperoleh melalui rekayasa muftasi hormonal nila gift generasi ketiga yang berasal dari Thailand. Hasilnya disilang-silangkan dan diseleksi untuk mendapatkan sifat mutasi genetik yang stabil. “Nila gift “Perkawinan keduanya, sama-sama memiliki gen YY, menghasilkan nila gesit yang semuanya jantan,” jelasnya.

Pakar Perikanan Budidaya IPB Bogor, Komar Sumantadinata menambahkan, teknologi produksi ikan nila gesit merupakan inovasi teknologi perbaikan genetik untuk menghasilkan keturunan ikan nila yang berkelamin jantan.

Menurut Komar, Nila gesit bisa mencapai berat 600 gram dalam waktu lima hingga enam bulan. Untuk ekspor, ikan nila diharuskan memiliki berat minimal 600 gram per ekor dan selama ini sangat sulit dipenuhi oleh para pembudi daya.

Lebih jauh Komar menyatakan, hasil riset memperlihatkan bahwa ikan nila berkelamin jantan tumbuh lebih cepat dibanding betinanya. Dengan demikian, produksi ikan nila dapat diarahkan pada produksi ikan nila berkelamin jantan (monosex male) yang dapat tumbuh lebih cepat untuk meningkatkan efisiensi usaha guna memenuhi permintaan ekspor.

Kecepatan tumbuh nila gesit sebetulnya sama dengan nila gift yang populer tahun 2000-an. Komar mengatakan, nila gift yang ada sekarang pertumbuhannya lambat akibat perkawinan ‘liar’. Gesit dapat mencapai bobot 500 hingga 600 gram per ekor dalam waktu empat hingga lima bulan dari bibit berukuran 8 centimeter. “Yang menonjol dari gesit adalah sifatnya yang bisa menurunkan secara genetis 98 persen jantan pada anakannya,” ungkapnya.

Sumber : Republika