DRI IPB

LPPM IPB University dan Kabupaten Gianyar Bali Kerja Sama Implementasikan Data Desa Presisi

Berita / Warta LPPM

LPPM IPB University dan Kabupaten Gianyar Bali Kerja Sama Implementasikan Data Desa Presisi

“Inovasi Data Desa Presisi (DDP) yang digagas oleh Dr Sofyan Sjaf dari IPB University sangat sesuai dengan kebutuhan desa saat ini untuk merencanakan program pembangunan, serta selaras dengan pendataan Sustainable Development Goals (SDGs) yang diminta oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT),” ujar AA Gede Raka Ardana mengapresiasi pelaksanaan kegiatan membangun DDP. Kepala Desa Tegallalang tersebut juga menekankan, “Membangun DDP sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo, yaitu Satu Data Indonesia, berupa pemutakhiran data berbasis keluarga dan individu.”

Pernyataan tersebut disampaikannya pada Orientasi dan Pelatihan Sensus pada Karang Taruna dan Pemerintah Desa Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, akhir bulan lalu. Acara yang diselenggarakan di Aula Kantor Desa Tegallalang ini selain dihadiri Kepala Desa Tegallalang, terlihat pula Sekretaris Desa Tegallalang Dewa Gede Aris Megayasa beserta jajaran aparat desa setempat, anggota karang taruna, juga Tim Unit Desa Presisi (UDP), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University.

Fasilitator dan narasumber yang hadir adalah Lukman Hakim, SKPm, MSi, Ahmad Aulia Arsyad, MSi, I Made Godya Adhitya, SKom, MSi dan Afan Ray Mahardika, ST, MSi dari UDP LPPM IPB University. Orientasi dan pelatihan sensus merupakan rangkaian kegiatan membangun DDP.

Sebelumnya telah dilakukan pengambilan citra drone dan penitikan (mengambil titik-titik koordinat) untuk data spasial. Selanjutnya Kepala Desa Tegallalang meminta relawan dari karang taruna dan aparat desa untuk terlibat aktif pada dua kegiatan pendataan ini.

berita0ddpgianyar

Dewa Gede Aris Megayasa, menyampaikan mengenai pendataan SDGs yang merupakan amanat dari Kementerian Desa PDTT dan kemudian membahas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kuesioner rumah tangga dan individu. Sekretaris Desa Tegallalang tersebut melanjutkan bahwa pendataan SDGs dari Kemendes PDTT menggunakan aplikasi yang dapat diunduh melalui ponsel.

Namun demikian, relawan pendata tetap dibekali dengan kuesioner tercetak yang terdiri dari enam lembar. Masing-masing tiga lembar untuk mengumpulkan data keluarga dan tiga lembar untuk mengumpulkan data masing-masing individu dalam keluarga. Meski Sekretaris Desa Tegallalang ini tak hendak membandingkannya dengan keunggulan pendataan DDP dalam hal akurasi dan validasi tinggi, tapi ia juga menyiratkan DDP sudah memiliki cara tersendiri dengan memasukkan komponen-komponen SDGs, khususnya SDGs Desa.

Pada kesempatan ini Lukman Hakim, menyampaikan tentang peta kerja untuk pelaksanaan sensus di Desa Tegallalang yang berbasis Banjar. Desa Tegallalang terdiri dari lima Desa Adat dan 11 Banjar. Peta kerja tersebut menjadi acuan dalam pembagian tugas sensus oleh enumerator.

Menurut Ketua UDP LPPM IPB University ini, metode DDP menggunakan pendekatan Drone Participatory Mapping, yang terdiri dari pengambilan citra drone dan penitikan spasial, sensus menggunakan aplikasi android, serta Focus Group Discussion untuk mengumpulkan data kualitatif.

“DDP mampu mengidentifikasi tingkat kesejahteraan warga, kualitas SDGs Desa, bahkan sampai tingkat Rukun Warga (RW)/banjar, serta bagaimana pelaksanaan program bantuan dari pemerintah,” ujar Dosen IPB University dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University ini.

Selain keunggulan-keunggulan DDP yang disebutkannya, Lukman Hakim memastikan Desa Tegallalang akan memperoleh lima peta dasar dan enam peta tematik hasil kompilasi data spasial dan data numerik dari sensus. Data warga disusun by name by address, sehingga nantinya segala bentuk program dapat tepat sasaran. Sebagaimana pendataan SDGs dari Kemendes PDTT, DDP juga sudah melakukan inovasi serupa.

“Data numerik yang dikumpulkan melalui aplikasi Merdesa, terdiri dari 147 Variabel yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas SDGs, serta kebutuhan lainnya. Sebelumnya, DDP menggunakan 146 variabel, dengan adanya satu tambahan tersebut, maka hasil data yang diperoleh makin merangkum banyak varian untuk menyejahterakan warga desa,” imbuhnya.

I Made Godya Adhitya, menyampaikan tentang aplikasi Merdesa yang memiliki berbagai kelebihan dibanding aplikasi sensus lainnya. Menurut developer aplikasi Merdesa dan anggota tim Informasi dan Teknologi (IT) UDP LPPM IPB University tersebut, selain sistemnya yang ringan, terdapat mode online dan offline, fungsi error checking, dan monitoring secara real-time.

“Keamanan akan menjadi prioritas utama dalam menjaga akun dan data. Oleh karena itu, setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan DDP wajib untuk menjaga kerahasiaan akun dan data sensus. Aplikasi Merdesa juga memiliki sistem keamanan bertahap untuk meminimalisasi kebocoran data,” terangnya.

Sementara itu secara terpisah, Dr Sofyan Sjaf berharap agar pemuda sebagai tonggak utama pembangunan desa, diharapkan turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendataan ini. “Selain itu, kesediaan warga untuk didata juga akan mempengaruhi kelengkapan data dan analisis berbasis desa nantinya,” tegasnya.

Karang Taruna Desa Tegallalang menunjukkan spirit besar dalam berkontribusi membangun desa. Ini terlihat dengan keberadaan sekitar 30 orang pemuda-pemudi desa dalam kegiatan orientasi dan FGD implementasi DDP tersebut. Pada kesempatan itu, Lukman Hakim menggarisbawahi hal terpenting dalam DDP adalah validitas data akan sangat tergantung dari kualitas pengambilan data oleh tiap enumerator. “Oleh karena itu, motivasi dan kemampuan setiap enumerator perlu dibangun dan dijaga demi tercapainya kualitas data desa yang presisi,” tandasnya. (**/Zul)