Indonesia Masih Impor 99% Kapas
Indonesia Masih Impor 99% Kapas
Indonesia harus meningkatkan produksi kapas dalam negeri jika tidak ingin selamanya bergantung pada impor yang akan berdampak pada industri tekstil.
[JAKARTA] Indonesia masih mengimpor 99% dari sekitar 500.000 ton kebutuhan serat kapas nasional per tahun. Kapas impor itu kebanyakan digunakan untuk industri tekstil, yang sebagian besar diekspor.
Indonesia harus meningkatkan produksi kapas dalam negeri jika tidak ingin selamanya bergantung pada impor, yang akan berdampak pada industri tekstil. Sebab, sampai saat ini ketergantungan Indonesia akan serat kapas impor sangat tinggi.
“Kita terus berupaya meningkatkan produksi kapas. Petani tidak berminat menanam karena harga kapas di dalam negeri sangat rendah,” ucap Direktur Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian Achmad Mangga Barani, saat menerima kunjungan manajemen perusahaan benih kapas asal Tiongkok, Hubei Provincial Seed Group Co Ltd, di Jakarta, Jumat (12/6).
Sejak 2006, Departemen Pertanian bekerja sama dengan Hubei mengembangkan benih kapas hibrida. Pada tahap awal, diimpor 40 ton benih kapas dari Tiongkok. Tahun 2009 ini, katanya, sudah dimulai penanaman secara komersial dan sekaligus melakukan alih teknologi. Areal tanam berada di Sulsel, Jatim, Jateng, DIY, Bali, NTT, dan NTB, masing-masing seluas 10 hektare (ha).
Mangga Barani menjelaskan, jika penanaman ini berhasil maka diharapkan produksi kapas dalam negeri meningkat 5- 6 persen. Untuk meningkatkan minat petani menanam kapas, katanya, pemerintah memberi subsidi benih dan pupuk, serta mematok harga pembelian oleh pengusaha dari petani Rp 4.000 per kg. Selama ini, kapas dari petani hanya dihargai Rp 2.500 per kg.
Dia mengungkapkan, kebutuhan kapas nasional masih dipenuhi dari Amerika Serikat, Australia, Mesir, dan beberapa negara. Luas lahan tanaman kapas di Indonesia sekitar 400.000 ha, namun yang sudah ditanami baru 20.000 ha, terluas berada di Sulsel sekitar 7.500 ha. Produksi masih di bawah satu ton per ha, namun dengan benih hibrida diharapkan bisa mencapai empat ton.
Ingin Berinvestasi
Pimpinan Hubei Guobao Yuan menegaskan, pihaknya ingin berinvestasi di Indonesia, namun harus melihat dulu minat petani menanam kapas. Di Tiongkok, ungkapnya, harga kapas sama dengan harga jagung dan beras, sehingga menarik minat petani. Seperti juga di AS dan beberapa negara lainnya, petani kapas di Tiongkok masih diberi subsidi oleh pemerintahnya.
Dia menilai, Indonesia sangat potensial untuk investasi tanaman kapas karena memiliki penduduk sangat banyak sehingga sangat besar pasarnya. Tiongkok yang berpenduduk lebih dari satu miliar, paparnya, juga mebutuhkan banyak kapas dan tidak mau bergantung pada impor. Indonesia juga diharapkan bisa seperti Tiongkok agar tidak selamanya bergantung pada impor. [S-26]
Sumber : http://www.suarapembaruan.com