Dr Sofyan Sjaf Harapkan Peran Keluarga menuju Keberhasilan SDGs Desa
Dr Sofyan Sjaf Harapkan Peran Keluarga menuju Keberhasilan SDGs Desa
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), IPB University Dr Ernan Rustiadi melihat gagasan Data Desa Presisi (DDP) sebagai suatu kebaruan dalam kemajuan pedesaan. “Ini adalah suatu terobosan baru bagaimana memajukan desa dengan memperbaiki sistem informasi yang lebih akurat, lebih berkualitas dan partisipatif,” ujarnya pada Merdesa Talk Seri 1 bertema “Peran Keluarga dalam Mendorong Capaian Keberhasilan SDGs Desa”, pekan lalu.
Seri pertama melalui zoom meeting tersebut untuk memperingati Hari Keluarga Nasional 29 Juni 2021. Dalam sambutannya, ia melihat DDP sebagai metode yang harus ditempuh untuk mengurangi permasalahan kemiskinan. “Saya rasa apa yang dilakukan oleh Dr Sofyan Sjaf (penggagas DDP) dan kawan-kawan dengan Data Desa Presisi adalah jawaban. Mengusung pendataan secara lebih akurat dan berorientasi pada pendataan individu. Ini seperti yang dilakukan oleh Cina ketika berhasil menurunkan tingkat kemiskinannya di pedesaan secara luar biasa karena berorientasi pada data individu,” imbuh Pakar Tata Ruang IPB University ini.
Dalam kesempatan ini, Dr Sofyan Sjaf menyajikan keunggulan DDP melalui aplikasi SDGs Desa. “Kita coba membangun suatu aplikasi, kami sebut SDGs Desa. Aplikasi ini kemudian bisa menunjukkan bagaimana tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang disampaikan oleh kesepakatan global dalam pertemuan dewan PBB,” tutur Dosen IPB University dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia ini.
Penggagas DDP ini kemudian menunjukkan salah satu hasil olahan DDP 2020 yakni fenomena angka perceraian keluarga. Dr Sofyan menunjukkan data jumlah janda di 12 desa/kelurahan di lingkar jampus. Dari 5.667 keluarga yang bercerai, baik cerai hidup maupun cerai mati, terdapat 13 janda berusia kurang dari 20 tahun, 404 janda berusia antara 20-20 tahun, 1159 janda berusia 30-39 tahun, 1581 janda berusia 40-49 tahun, dan 2510 janda di atas usia 50 tahun.
Angka di atas kemudian dikelompokkan dalam sebutan ‘janda milenial’ yang berusia 20 hingga 40 tahun di lokasi yang sama. Terbanyak di Situ Gede mencapai 187 keluarga, 130 keluarga di Neglasari, 121 keluarga di Cikarawang, 118 keluarga di Cibanteng, 100 keluarga di Bantar Jaya, 91 keluarga di Balumbang Jaya, 82 keluarga di Benteng, 77 keluarga di Cihideung Ilir, 73 keluarga di Sinar Sari, 48 keluarga di Semplak Barat, 40 keluarga di Dramaga, dan 26 keluarga di Marga Jaya.
“Sebagian besar profil pekerjaan janda milenial ini mengurus rumah tangga, kemudian non-pertanian dan sedikit yang berprofesi di sektor pertanian. Dari data ini, dibutuhkan pengelolan yang benar terkait peran keluarga dalam mencapai SDGs Desa,” ungkap Wakil Kepala Bidang Pengabdian kepada Masyarakat LPPM IPB University ini.
Menanggapi data ini, Deputi bidang Penelitian, Pelatihan dan Pengembangan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Prof M Rizal Martua Damanik dalam salah satu presentasinya menunjukkan cara meningkatkan Sumberdaya Manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing.
Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat IPB University tersebut menawarkan pengendalian penduduk dan tata kelola kependudukan; penguatan pelaksanaan perlindungan sosial; peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan; peningkatan pemerataan layanan pendidikan berkualitas; peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda; pengentasan kemiskinan, serta peningkatan produktivitas dan daya saing.
Ia juga menunjukkan delapan fungsi utama keluarga yakni keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan.
Sementara itu, Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, Dr Tin Herawati menjelaskan sejumlah peran keluarga dalam mendukung pencapaian SDGs desa. Yakni sebagai institusi pertama dan utama dalam mendidik, melindungi serta memelihara anak-anaknya sesuai dengan nilai keluarga norma masyarakat dan agama yang dianut. Selain itu, ia juga menyebutkan peran keluarga sebagai agen sosialisasi paling penting dalam mengajarkan anggotanya mengenai aturan yang diharapkan masyarakat.
Seperti halnya Prof. Rizal Martua Damanik, ia juga menekankan delapan fungsi keluarga yang akan menunjang adanya keluarga berkualitas dan pencapaian SDGs Desa. (**/Zul)