Diskusi P2SDM IPB University: Humas Perguruan Tinggi Pegang Peranan Penting di Era MBKM
Diskusi P2SDM IPB University: Humas Perguruan Tinggi Pegang Peranan Penting di Era MBKM
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University menggelar Bincang Santai ke-12 dengan topik “Transformasi Peran Humas Perguruan Tinggi di Era Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)”, (16/02). Kepala P2SDM, Dr Amirrudin Saleh dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan tersebut penting dalam membangun diskusi terkait kesiapan civitas akademika, khususnya professional kehumasan, agar mampu adaptif dalam mengembangkan perannya.
“Peran kehumasan sebagai corong pimpinan, penting dalam membangun reputasi institusi. Terlebih lagi dalam nuansa menyosialisasikan proses pembelajaran di era pandemi. Selain itu, peran humas juga diperlukan dalam membangun pemahaman tentang MBKM,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini, P2SDM menghadirkan Kepala Biro Komunikasi IPB University, Yatri Indah Kusumastuti dan Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi Public Relations Indonesia (LSP PRI), Muslim Basya.
Dalam paparannya, Yatri mengatakan bahwa dengan adanya pandemi COVID-19, banyak layanan yang ada di Biro Komunikasi IPB University bertransformasi menjadi layanan digital. Peran humas, utamanya menyampaikan informasi kepada publik dan membangun reputasi, harus memiliki strategi dalam penggunaan media digital untuk penyebarluasan informasi serta mengedukasi masyarakat terkait narasi yang positif, informatif, dan kreaatif terutama di tengah ketidakpastian.
“Di Biro Komunikasi, ada empat bagian yang kami kembangkan. Yakni humas, promosi/marketing communication, sekretariat pimpinan, dan IPB TV, ” jelasnya.
Lebih lanjut dikatakannya, transformasi peran Biro Komunikasi dalam MBKM diantaranya dengan memberikan kesempatan lebih luas bagi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman bekerja dalam bidang kehumasan. “Kami membuka peluang bagi mahasiswa untuk menjadi reporter muda, Duta IPB University, penterjemah muda, magang dan sebagai content creator muda,” tuturnya.
Sementara itu, Muslim Basya pun setuju bahwa di era pandemi, kehumasan harus siap menghadapi krisis dan menyesuaikan diri dengan MBKM sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Idealnya, bagian kehumasan seharusnya menjadi bagian dari fungsi manajemen strategis yang posisinya dekat dengan penentu kebijakan dalam institusi.
Tentunya, peran tersebut membutuhkan sumber daya yang berkualitas dan professional karena humas harus memposisikan diri sebagai kontributor. Peran kontributor itulah yang harus dipandang oleh CEO atau dalam hal institusi adalah rektor menjadi penting. Humas harus mampu menganalisis suatu kecenderungan atau trend dan memperkirakan tiap kemungkinan konsekuensi darinya sehingga dapat memberikan masukan kepada rektor dan menawarkan implementing program yang sesuai.
“Misalnya seperti sekarang, bagaimana kita bisa menganalisis tren yang muncul akibat COVID-19. Misalnya terkait hal-hal positif yang mampu mengatasi permasalahan dengan teknologi. Bagaimana kita dapat menggunakan kemampuan dosen-dosen melalui teknologi serta bagaimana kita memperkirakann konsekuensi atas kebijakan kampus merdeka,” imbuhnya.
Humas sebagai profesi membutuhkan standar tertentu dan memenuhi kriteria kompetensi sehingga dapat dikatakan sebagai professional. Keterukuran keprofesionalan tersebut dapat diuji melalui uji kompetensi maupun sertifikasi profesi, misalnya seperti sertifikasi profesi public relations yang ditawarkan oleh LSP PRI.
Dengan begitu menurutnya kompetensi sumber daya public relations diharapkan mampu merumuskan strategi komunikasi sesuai dengan nilai-nilai institusi serta mampu bersikap proaktif akan terbentuk. Selain itu dibutuhkan pula kompetensi baru yang dibutuhkan public relations yakni data analysis, influencer, social media, dan content creator. (MW/Zul)