DRI IPB

Anggrek Prioritas Konservasi

anggrek
Warta IPTEK

Anggrek Prioritas Konservasi


anggrekSebanyak 44 jenis anggrek masuk prioritas konservasi bersama 56 jenis tumbuhan lainnya dari famili kantung semar, paku-pakuan, dan palem tiang. Keseratus jenis itu segera dikoleksi di kebun raya dan spesimennya disimpan di herbarium sebelum benar-benar punah.

Dibandingkan dengan tiga jenis yang lain, anggrek tergolong istimewa. Dari 44 jenis anggrek yang diseleksi 15 pakar, semuanya masuk kategori A. Artinya, pelestarian di luar habitat asli tak bisa ditunda.

Perburuan anggrek di habitat aslinya marak terjadi dari Sumatera, Kalimantan, hingga Papua. Penyelundupan juga marak hingga Malaysia sebelum masuk pasar Asia hingga Eropa.

Selain anggrek, 34 dari 51 jenis kantung semar diprioritaskan, dari 35 jenis paku tiang diprioritaskan 8 jenis, sedangkan dari 67 palem diprioritaskan 14 jenis. ”Kami tak bisa memublikasikan apa saja jenisnya,” kata Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Mustaid Siregar ketika dihubungi seusai ”Workshop Penetapan Spesies Prioritas untuk Konservasi Tumbuhan Indonesia Terancam Punah” di Bogor, Jawa Barat, Rabu (3/6).

Alasannya, publikasi dikhawatirkan justru memicu meningkatnya perburuan di habitat aslinya yang diikuti lonjakan harga di pasar tanaman hias.

Setidaknya, itulah pengalaman selama ini ketika kelompok pakar mengumumkan jenis tumbuhan terancam punah. Bukannya memicu pelestarian, kepentingan ekonomi pasar tanaman hiaslah yang lebih menonjol dan mengancam keberlanjutannya.

Publikasi jenis tumbuhan prioritas baru akan dilakukan setelah konservasi di luar habitat dinilai berhasil. ”Tak ada maksud lain,” kata Mustaid, mantan Kepala Kebun Raya Eka Karya Bedugul, Bali.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Endang Sukara mengatakan, jumlah jenis tumbuhan Indonesia yang layak diprioritaskan jauh lebih banyak dari data di atas. Prioritas yang dilakukan LIPI merupakan strategi di tengah keterbatasan dana, tenaga ahli, dan waktu.

Sumber daya saing

Mengenai pentingnya konservasi keanekaragaman hayati, termasuk aneka tumbuhan, tokoh lingkungan Emil Salim menyatakan sebagai kesempatan meningkatkan daya saing bangsa. Ia mencontohkan China, raksasa ekonomi dunia yang secara turun temurun mengembangkan tumbuhan sebagai obat herbal.

Puluhan tahun, kata Emil, Indonesia melihat potensi hutan hanya dari nilai kayunya. Akibatnya, hutan-hutan digunduli dan jutaan meter kubik kayu bermutu tinggi diekspor.

Sementara itu, potensi ekonomi nonkayunya sama sekali tak dikembangkan. Tak diketahui berapa jenis tumbuhan asli Indonesia yang telanjur punah sebelum sempat dikembangkan potensi obat, kosmetik, dan lainnya.

Kriteria prioritas

Ada lima kriteria yang digunakan para ahli taksonomi, ekologi, dan agronomi untuk menentukan prioritas tumbuhan, yaitu keunikan taksa, keunikan habitat, tingkat ancaman, laju kepunahan, dan keberadaan konservasi di luar habitat.

”Kami akui bahwa ada banyak data yang belum kami ketahui, termasuk jenis prioritas itu. Untuk itu, perlu ada banyak seri penelitian,” kata Mustaid.

Tahun 2010, sebanyak 13-16 famili akan dibahas lagi untuk diprioritaskan. (GSA)

Sumber : Kompas