DRI IPB

Ekosistem di Antartika Berusia 33,6 Juta Tahun

antartic
Warta IPTEK

Ekosistem di Antartika Berusia 33,6 Juta Tahun

Ekosistem di Antartika Berusia 33,6 Juta Tahun

antartic
livescience.com
 

INILAH.COM, New York – Penelitian terbaru mengungkapkan, ekosistem modern benua Antartika berusia sekitar 33,6 juta tahun, dengan sistem yang berasal dari periode pembentukan awal lapisan es kutub.

Usia tersebut diketahui setelah meneliti fosil plankton yang ditemukan di lapisan sedimen Antartika, yang menunjukkan bagaimana plankton dalam jumlah besar mati saat hawa dingin melanda pada akhir periode Eosen dan awal periode Oligosen.

Sebelum transisi periode tersebut, Bumi merupakan tempat yang jauh lebih hangat daripada saat ini, dan plankton dalam jumlah besar bahkan dapat hidup di kutub.

Dilansir LiveScience, penelitian itu berfokus terhadap plankton bersel satu yang dinamakan dinoflagelata, yang memiliki zat-zat penyusun tubuh yang dapat berubah menjadi fosil.

Sebelum transisi periode Eosen-Oligosen sekitar 34 juta tahun lalu, dinoflagelata Antartika sangatlah beragam jenisnya. Namun saat lapisan es terbentuk, hanya plankton yang tahan terhadap suhu dingin dan siklus membeku-mencairnya es yang tersisa.

Lapisan es Antartika merupakan es yang mengapung di atas laut yang meleleh pada musim panas dan membeku pada musim dingin. Saat meleleh, plankton di Samudra Antartika yang mengelilingi Benua Antartika menjadi aktif dan mencari makanan dari lapisan es yang mencair.

Dampaknya bersifat global, ujar peneliti Carlota Escutia dari Andalusian Institute of Earth Sciences di Spanyol. “Fenomena ini mempengaruhi dinamika produktivitas primer dunia,” kata Escutia.

Menurutnya, produktivitas primer merupakan dasar dari rantai makanan. Organisme yang mampu melakukan proses fotosintesis seperti plankton menangkap sinar matahari dan nutrisi seperti besi dan nitrat, serta mengubahnya menjadi senyawa organik. Organisme yang lebih besar kemudian memakan plankton dan menggunakan senyawa tersebut sebagai sumber energi.

“Perubahan besar terjadi saat spesies-spesies plankton menyederhanakan bentuk tubuh mereka dan terpaksa harus beradaptasi dengan kondisi iklim yang baru,” ujar Escutia.

Ekosistem bersalju terbentuk setelah periode Eosen ditandai dengan tingginya jumlah plankton di musim semi dan musim panas, yang memicu hewan pemakan plankton seperti paus berdatangan untuk memangsa plankton.

“Tingginya jumlah dinoflagelata yang beradaptasi dengan lapisan es membuktikan terjadinya perubahan rantai makanan di Samudra Antartika,” ujar peneliti Jorg Pross, seorang ahli paleoklimatologi dari Universitas Goethe di Jerman.

“Data yang kami miliki menunjukkan, perubahan ini kemungkinan memicu evolusi paus bailin dan penguin,” ujarnya. [mor]

 

Sumber : livescience.com, inilah.com