LPPM dan Halal Science Center IPB University Gelar Pelatihan Penanganan dan Penyembelihan Kurban pada Situasi Wabah PMK
LPPM dan Halal Science Center IPB University Gelar Pelatihan Penanganan dan Penyembelihan Kurban pada Situasi Wabah PMK
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) berkolaborasi dengan Halal Science Center (HSC) IPB University menggelar Pelatihan Penanganan dan Penyembelihan Halal Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK Bagi Pengurus DKM” secara hybrid di Gedung Sekolah Vokasi IPB University, (28/6). Kegiatan ini diikuti oleh warga IPB University, pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dan masyarakat umum untuk menambah wawasan terkait kurban, terutama pada situasi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Drh Supratikno, Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University hadir sebagai narasumber. Menurutnya, masyarakat tidak perlu khawatir mengonsumsi daging yang terjangkit PMK karena bukan termasuk zoonosis. Hal ini berbeda dengan virus Anthrax.
“Yang perlu dikhawatirkan adalah penyebaran virus lebih lanjut oleh manusia,” ujarnya.
Menurutnya, proses penyembelihan yang sesuai syariat dan pedoman Majelis Ulama Indonesia (MUI) dapat menjadi salah satu pengendalian dan pemberantasan virus ini. Ia mengatakan di masa PMK, bersikap ihsan pada hewan sehat dan terjangkit adalah kewajiban. “Bila manajemen stres hewan dilakukan dengan baik, maka akan mendorong pembentukan asam laktat sehingga menurunkan pH tubuh hewan di bawah enam. Pada pH rendah, virus PMK akan terinaktivasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, baik petugas penyembelih maupun masyarakat yang membantu proses penyembelihan harus mampu memperhatikan dan mempersiapkan lingkungan dan fasilitas terbaik bagi hewan. Tiga kunci utama dalam penyembelihan adalah lingkungan dan desain tempat penyembelihan, kompetensi petugas dan peralatan yang sesuai.
Untuk mencegah penyebaran virus PMK lebih lanjut, peneliti di HSC IPB University ini mengatakan bahwa tempat penjualan hewan hingga lokasi penyembelihan dan pemotongan hewan harus memenuhi persyaratan. “Lokasinya juga telah mendapat persetujuan dari otoritas yang menyelenggarakan fungsi peternakan dan kesehatan hewan. Terutama fasilitas pembuangan limbah dan tempat isolasi bagi hewan yang terjangkit PMK harus tersedia,” imbuhnya.
Sementara itu, Lesa Aditia MSc, Dosen IPB University dari Fakultas Peternakan memaparkan terkait pemilihan hewan kurban dan estimasi perhitungan karkas (daging hewan kurban).
Menurut peneliti HSC IPB University ini, jenis sapi Indonesia beraneka ragam. Besarnya kerangka dapat menentukan seberapa besar karkas yang akan dihasilkan. Jenis kambing dan domba yang dipilih juga menentukan besarnya karkas.
Ia berbagi tips memilih dan menilai sapi dengan hasil daging yang tinggi. Pertama, hewan kurban perlu diamati dengan seksama untuk nilai perototan, perlemakan, volume dan struktur tubuh. Calon pembeli harus mampu membedakan nilai-nilai idealnya. Tidak terlalu berotot, tidak terlalu berlemak, volume tubuh ideal, dan struktur tubuh yang baik.
“Lebih sedikit, nilai ini akan menentukan jumlah total daging yang akan kita peroleh,” ujarnya.
Menurutnya, bobot bukan hanya salah satu faktor penentu besarnya total karkas. Persentase hasil daging tergantung ukuran kerangka, kondisi ternak, jenis kelamin, trimming lemak karkas dan sebagainya. “Karkas yang bisa diperoleh hanya 50 persen dari bobot hidup. Nilai ini terbagi lagi untuk jumlah daging, lemak dan tulang sehingga persentase akhir daging yang diperoleh hanya 30-35 persen,” tuturnya.
Kegiatan ini juga menghadirkan KH Miftahul Huda, Sekretaris Komisi Fatwa MUI. Ia berbagi materi terkait syariat ibadah kurban. (MW/Zul)