DRI IPB

Hubungan RI-Jepang Yang Kondusif Jadi Aset Masa Depan: Kuliah Terbuka di Ritsumeikan University Kyoto

kyoto
Warta IPTEK

Hubungan RI-Jepang Yang Kondusif Jadi Aset Masa Depan: Kuliah Terbuka di Ritsumeikan University Kyoto


kyotoHubungan Indonesia-Jepang kini telah berusia 51 tahun, dan terbukti telah mampu menciptakan suasana kondusif untuk kerjasama yang saling menguntungkan di berbagai bidang. Namun untuk kelanggengan, people to people contact yang sekarang juga berkembang perlu terus diintensifkan, demikian dikatakan Mozes Tandung Lelating, Acting Konjen RI Osaka ketika memberikan kuliah terbuka di Ritsumeikan University, Kyoto, Jumat (12/06).

 
Di hadapan lebih dari 550 mahasiswa tingkat under-graduate dan graduate studies serta segenap civitas academica, Acting Konjen Osaka menyampaikan kilas balik hubungan diplomatik RI-Jepang dengan melihat sejarah ke belakang. Tanggal 20 Januari 1958, saat ditandatanganinya traktat perdamaian antara Indonesia dan Jepang merupakan tonggak bagi hubungan persahabatan antara kedua negara.
 
Traktat perdamaian ini praktis mengakhiri segala permasalahan sejarah di antara kedua negara pasca berakhirnya Perang Dunia II, dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang juga mendapat dukungan kuat dari para perwira Jepang di Jakarta tahun 1945. Traktat ini juga berarti kesepakatan simbolis bahwa kedua negara menutup buku masa lalu, dan siap bekerjasama untuk masa depan. Kesepkatan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh Jepang dengan negara-negara seperti China dan Korea Selatan, sehingga hubungan bilateral mereka hingga kini masih menyisakan masalah peninggalan masa lalu.
 
Penandatanganan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (Perjanjian Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Shinzo Abe di Jakarta pada bulan Agustus 2007 merupakan jembatan untuk lebih memperkokoh hubungan Indonesia-Jepang. Semuanya dipaparkan dengan selingan jokes ringan yang membuat suasana perkuliahan hidup dan meriah.
 
Menurut Mozes Tandung Lelating, sebenarnya Indonesia dan Jepang memiliki hubungan ekonomi yang saling membutuhkan, dan bila digarap secara maksimal jelas akan bisa menguntungkan kedua pihak. “Jepang memiliki teknologi dan modal yang besar, sedangkan Indonesia memiliki sumber daya alam dan pasar yang besar. Jika potensi keduanya disinergikan, maka bisa menjadi modal kuat untuk meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan dan seimbang”, paparnya lebih lanjut.
 
Selain itu ditambahkan bahwa penggerak utama dari hubungan persahabatan Indonesia dengan Jepang, bukan hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat, termasuk mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan seperti pertukaran pelajar, seni dan lain sebagainya.
 
Di akhir perkuliahan, acting Konjen RI sempat melakukan tatap muka dengan mahasiswa Indonesia, termasuk mereka yang baru saja memperoleh penghargaan terbaik baik di tingkat lokal universitas maupun internasional. Saat ini terdapat sekitar 51 orang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di universitas Ritsumeikan. Salah satu dari mahasiswa Indonesia tersebut adalah Shofwan Al-Banna Choiruzzad, lulusan S1 Hubungan Internasional Universitas Indonesia yang kini sedang menjalani pendidikan master di Ritsumeikan University, dan baru saja memenangi St. Gallen Wings of Excellence, dengan mengungguli karya tulis mahasiswa dari universitas terkemuka seperti Harvard dan London Scool of Economics.
 
Sumber: KJRI Osaka , http://www.deplu.go.id