DRI IPB

Peneliti IPB Temukan Bioplastik yang Ramah Lingkungan

rektorat
Warta IPTEK

Peneliti IPB Temukan Bioplastik yang Ramah Lingkungan

rektoratBOGOR, (PRLM).-Peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan produk bioplastik atau plastik ramah lingkungan yang relatif cepat dihancurkan oleh mikroba dalam tanah, dengan memanfaatkan sagu dan sawit.

“Bioplastik dihasilkan dari mikroba Ralstonia eutropha yang dibiakkan dalam media pati sagu dan asam lemak bebas (FFA), merupakan produk samping minyak sawit,” kata Kepala Divisi Rekayasa Bioproses dan Bahan Baru, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, Dr Ir Khaswar Syamsu, MSc.

Bioplastik bisa menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah lingkungan akibat pemakaian bahan plastik yang sulit terurai atau terdegradasi. “Produk ini bisa dihancurkan oleh mikroba dalam tanah dengan laju degradasi 0,48 hingga 0,57 miligram per hari,” kata Khaswar. Sementara, produk plastik pada umumnya yang menggunakan bahan berbasis petrokimia atau minyak bumi membutuhkan waktu ratusan tahun untuk bisa hancur.

Dari segi kelenturan dan titik leleh, bioplastik tidak berbeda jauh dengan plastik berbahan petrokimia. Khaswar melakukan penelitian ini sejak tahun 2002 dan pada tahun 2008 hasil penelitiannya tersebut telah dipatenkan.

Menurut dia, beberapa penelitian serupa telah dilakukan di berbagai negara untuk menemukan formula yang paling tepat untuk produksi bioplastik ini.”Indonesia, dengan sumberdaya alam yang melimpah dan sinar matahari sepanjang tahun, berpotensi menjadi produsen bioplastik dunia,” katanya.

Dari segi bahan baku, Indonesia memiliki potensi besar karena dari 1,128 juta hektare lahan sagu baru 10-20 persen saja yang dimanfaatkan. Demikian juga dengan kelapa sawit, pada 2010 Indonesia diperkirakan menjadi produsen utama dunia.

Masalah utama yang menjadi kendala produksi bioplastik adalah biaya produksi yang mahal berkisar antara 3,3 hingga 17 dollar Amerika Serikat per kilogram, sementara produk plastik berbahan petrokimia hanya 1 dolar Amerika Serikat per kilogram.

Oleh karena itu, lanjut dia, penelitian di bidang ini terus dilakukan untuk menemukan teknologi produksi yang efisien dan ekonomis, sehingga bisa bersaing dengan produk plastik berbahan petroleum.

Khaswar melihat pentingnya peran Pemerintah untuk mengatasi mahalnya produk bioplastik ini, dengan memberikan dukungan berupa insentif bagi perusahaan yang menggunakan bioplastik.

“Dukungan Pemerintah sangat penting di sini, misalnya dengan memberikan insentif dan disinsentif. Bisa juga dengan mewajibkan produk sekali pakai seperti popok bayi, untuk menggunakan plastik ramah lingkungan ini,” katanya. (A-122)

Sumber :  http://www.pikiran-rakyat.com